KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat merampungkan makalah bertajuk “Strategi Belajar Mengajar” yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Strategi Pembelajaran”. Adapun maksud dan tujuan pembuatan dari makalah ini, untuk membantu para mahasiswa, khususnya yang sedang belajar Strategi Pembelajaranguna memahami definisi keberhasilan sebuah pembelajaran dalam berbagai indikator, penilaian, tingkat, dan program perbaikan sebuah strategi, serta mengetahui berbagai macam faktor yang memepengaruhi proses belajar mengajar.
Sebagai
penulis, kami menyadari bahwa tidak ada kesempurnaan dalam segala hal, termasuk
makalah ini. Atas dasar tersebut penulis sangat menerima kritik dan saran
membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya bila diperlukan. Ucapan terimakasih
secara khusus penulis haturkan kepada tim penulis, yang telah bekerja sama
dalam proses pembuatan makalah ini, dan teman-teman lainnya yang juga
memberikan informasi lebih lanjut mengenai strategi
belajar mengajar
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Metode adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan
demikian tujuan merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya
penggunaan suatu metode.
Dalam hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi,
fasilitas dan faktor guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu
metode. Karenanya metode mengajar itu banyak sekali dan sulit
menggolong-golongkannya. Lebih sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki
efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang “kurang baik” di tangan seorang
guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan guru yang lain dan
metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik
pelaksanaannya.
Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang
satu tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu,
menjadi mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis
untuk dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Mengingat
kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin
menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih
unggul dari pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai
semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi, dan untuk selamanya. Untuk itu
berikut ini akan dibahas beberapa metode yang dimungkinkan dapat digunakan
dalam pembelajaran pendidikan seperti metode ceramah, metode diskusi, metode
kelompok dan metode campuran.
Manfaat Mata Kuliah
Strategi Belajar Mengajar
Dalam rangka
pengembangan bervariasi megajar yang dilakukan guru atau calon guru.
§ Dapat
memilih strategi yang tepart sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
§ Untuk
memperluas ckrawala guru atau calon guru dalam proses belajar mengajar.
Diskripsi Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Tujuan Pembelajaran
Strategi Perkuliahan
Materi Perkuliahan
1. Konsep Strategi Belajar Mengajar(SBM)
Pengertian SBM
Strategi belajar-mengajar adalah
cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan
pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang
dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Menurut (Gerlach dan
Ely)
Strategi belajar mengajar adalah
suatu cara seorang guru untuk menyampaikan materi pelajaran dengan kegiatan
yang memberikan pengalaman kepada siswa supaya lebih mudah untuk menerima
pelajaran yang betujuan merubah peserta
didik.
Referensi:
A.
Klasifikasi SBM
Klasifikasi
strategi pembelajaran adalah pengelompokan strategi pembelajaran berdasarkan
segi-segi yang sejenis yang terdapat dalam setiap strategi
pembelajaran. Strategi dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), tak langsung (indirect
instruction), interaktif, mandiri, melalui pengalaman (experimental).
Referensi :
§ Strategi Pembelajaran Langsung.
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan
oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun
keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat
deduktif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan, sedangkan
kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan
sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta
belajar kelompok. Agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan pemikiran
kritis, strategi pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi
pembelajaran yang lain.
§ Strategi Pembelajaran Tak Langsung
Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi
pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta
didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru
bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan
belajar dan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan dari strategi ini antara
lain:
a. Mendorong ketertarikan dan
keingintahuan peserta didik,
b. Menciptakan alternatif dan
menyelesaikan masalah,
c. Mendorong kreativitas dan pengembangan
keterampilan interpersonal dan kemampuan yang lain,
d. Pemahaman yang lebih baik,
e. Mengekspresikan pemahaman.
Sedangkan kekurangan dari
pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome sulit diprediksi.
Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu
mengingat materi dengan cepat.
Strategi Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan
pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi
kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman,
pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara
alternatif untuk berfikir dan merasakan.
Kelebihan strategi ini antara lain:
a. Peserta didik dapat belajar dari
temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan,
b. Mengorganisasikan pemikiran dan
membangun argumen yang rasional.
Strategi pembelajaran interaktif
memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif.
Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam
menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.
Strategi Pembelajaran Empirik
(Experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi
pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas.
Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan
pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang
efektif.
Kelebihan dari startegi ini antara
lain:
a.Meningkatkan partisipasi peserta
didik,
b.Meningkatkan sifat kritis peserta
didik,
c.Meningkatkan analisis peserta
didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain.
Sedangkan kekurangan dari strategi
ini adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya
yang mahal, dan memerlukan waktu yang panjang.
Strategi Pembelajaran Mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk
membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya
adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok
Implementasi Belajar Mengajar
membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya
adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok
Implementasi Belajar Mengajar
Salah faktor yang mendukung kondisi
belajar di dalam suatu kelas adalah job discrimination proses
belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang
dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. Sehubungan dengan hal ini, job
discrimination guru dalam implementasi proses belajar mengajar adalah:
1.Perencanaan instruksional, yaitu
alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar
2.Organisasi belajar yang merupakan
usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar
mengajar
3.Menggerakkan anak didik yang
merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar
siswa
4.Supervisi dan pengawasan, yakni
usaha mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan, dan mengarahkan kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah didesain
sebelumnya
REFERENSI: Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan
Belajar. Bandung: Tarsito
2.
Hakikat, Ciri dan komponen Belajar Mengajar
A.
Hakekat Belajar
Mengajar
Pada hakikatnya, belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas belajar. Walaupun pada
kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar, misalnya
perubahan fisik dan lain – lain.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah
suatu proses, yaitu proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di
sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan minat belajar dan mendorong anak
didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses
memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses
belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jika hakikat belajar adalah perubahan,
maka pada hakikanya belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan
oleh guru.
B.
Ciri – ciri Beajar
Mengajar
Sebagai
suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri –
ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi adalah sebagai berikut :
§
Belajar mengajar
memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan
tertentu.
§
Terdapat suatu prosedur
yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
§
Kegiatan belajar
mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
§
Ditandai dengan
aktivitas anak didik.
§
Dalam kegiatan belajar
mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
§
Dalam kegiatan belajar
mengajar membutuhkan kedisiplinan.
§
Adanya batas waktunya.
§
Adanya evaluasi pada
tahap akhir.
Sebagai
suatu sistem, kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen sebagai
berikut :
§
Tujuan
Tujuan dalam pendidikan dan
pengajaran adalah suatu cita –cita yang bernilai normatif. Dengan kata lain,
dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik.
Tujuan tersebut mempunyai jenjang dari yang luas dan umum sampai pada yang
sempit dan khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang
lainnya, dan tujuan yang berada di bawah akan menunjang tujuan di atasnya.
§
Bahan Pelajaran
Bahan adalah salah satu
sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar ini
adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Dengan demikian,
bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran.
Karena bahan adalah salah satu inti dalam proses belajar mengajar yang akan
disampaikan kepada anak didik.
§
Kegiatan Belajar
Mengajar
Kegiatan belajar mengajar
adalah inti kegiatan dalam pendidikan, karena akan menentukan sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Segala sesuatu yang diprogramkan
akan dilaksanakan dan akan melibatkan semua komponen pengajaran. Kegiatan
belajar mengajar yang baik ditentukan dari baik atau tidaknya program
pengajaran yang telah dilakukan pula, karena akan berpengaruh terhadap tujuan
yang akan dicapai.
§
Metode
Metode adalah suatu cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, penggunaan metode bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed., Mengemukakan lima faktor yang
mempengaruhi penggunaan metode, yaitu :
Ø
Tujuan yang berbagai –
bagai jenis dan fungsinya.
Ø
Anak didik yang
berbagai – bagai tingkat kematangannya.
Ø
Situasi yang berbagai –
bagai keadaannya.
Ø
Fasilitas yang berbagai
– bagai kualitas dan kuantitasnya.
Ø
Pribadi guru serta
kemampuan profesionalnya yang berbeda – beda.
§
Alat
Alat adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang berfungsi
sebagai perlengkapan, sebagai alat bantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan
alat sebagai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ala dan alat
bantu. Alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan lain – lain.
Sedangkan alat bantu adalah berupa globe, papan tulis, kapur, dan lain – lain.
§
Sumber Pelajaran
Dalam mengemukakan sumber –
sumber belajar ini, para ahli sepakat bahwa segala sesuatu dapat dipergunakan
sebagai sumber belajar sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
§
Evaluasi
Menurut Wand dan Brown,
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentuka nilai dari
sesuatu. Menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N Sumartana, evaluasi pendidikan
dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan. Menurut Ny. Drs. Roestiyah N.K,
evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas – luasnya, sedalam –
dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab
akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan
belajar siswa.
Ketika evaluasi dapat
memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai
barikut :
Ø
Untuk memberikan umpan
balik kepaa guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
Ø
Untuk memberikan angka
yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap siswa.
Ø
Untuk menentukan
situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan yang
dimiliki oleh siswa.
3.
Berbagai Pendekatan
Dalam Belajar Mengajar
Ketika kegiatan belajar
mengajar itu berproses guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan
bijaksana , bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru
terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak
selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan
mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam penagajaran.
Ada
beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat
membantu dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
A.
Pendekatan Individual
Dalam kegiatan belajar
mengajar seurang guru sering melihat peserta didiknya belajar dengan gaya yang
berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam, cara mengemukakan pendapat,
cara berpakaian, daya serap, tingkat kecerdasan dan sebagainya, selalu ada
variasinya. Masing-masing anak didik memponyai karakteristik tersendiri yang
berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya.
Perbedaan
individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa setrategi
pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual
ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam
strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau
masteri learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak akan
pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individualdapat
diharapkan kepada anak didik denagan tingkat penguasaan optimal.
Pendekatan individual
mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengolahan
kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa
begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual ini, sehingga guru dalam
melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak
didik di kelas. Persoalan kesulitan belajr anak lebih muda dipecahkan dengan menggunakan
pendekatan individual, walaupunsuatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
B.
Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar
mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni
pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu
digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal
ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk
yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok,
diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap
anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri
mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas.
Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini
saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupansemua
makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri
sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari
atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk
tertentu.
Anak didk dibiasakan hidup
bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada
kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu
mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan
dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan. Tanpa ada
rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas dalam rangka untuk
mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik
yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru akan menggunakan
pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa ahl itu tidak
bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan
dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn diberiakan kepada anak didik memang
cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok
tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memnpertimbangkan hah-hal
yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam pengolahan kelas,
terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok
sangat diperlukan . Perbedaan individual anak didik, pada aspek biologis,
intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan
pendekatan kelompok.
C.
Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan
kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan
dengan permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak
ddidik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam
belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik
mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai
motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang
lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau
dua orang ank tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara
(berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari
masalah pelajaran.
Dalam mengajar, guru yang
hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang
kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas,
sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai ada tandanya gangguan dalam proses
belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi kurang efektif,
efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu. Disebabkan
anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode yang hanya satu-satunya dipergunakan
tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan
metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebsnysksn guru menggunakan
beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
Permasalahan yang dihadapi
oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan
lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.Pendekatan bervariasi bertolak
dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam
belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan
berbagai motif, sehingga diperlukan variasiteknik pemecahan untuk setiap kasus.
Maka kiranya pendekatan bervariasi inisebagai alat yang dapat guru gunakan
untuk kepentingan penagajaran.
D.
Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan
dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena
motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti
dan sebagainya.
Anak didik yang telah
melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang
memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hukumdengan cara
memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang
tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sankst hukum yang salah. Guru telah
menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan
orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila
menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah
dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang
dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak
didik agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan
perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada
anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas
telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka
berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur
barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok sejenisnya. Contoh diatas
menggambarkan pendekatan edukatif yang di lakukan telah oleh guru dengan
menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan
tujuan untuk mwmbina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.
Kasuistis yang terjadi di
sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan tigkat
kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Berbagai
kasus yang terjadi selain dapat di ndekati dengan pendekatan individual,
pendekatan kelompok, dan juga pendekatan kelompok. Namun yang penting untuk di
ingat adalah bahwa pendekatan individual harus bedampingan dengan pendekatan
edukatif. Pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif,
dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan
demikian, semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif,
denagn tujuan mendidik.
E.
Pendekatan Pengalaman
Experience is the best
teacher, pengalaman adalah guru yang baik.
Pengalaman adalah guru yang bisu yang tak pernah marah. Pengalaman adalah guru
yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga. Meskipun pengalaman
diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman dapat
bersifat mendidik (educative experience). Karena ada
pengalaman yang tidak bersifat mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak
mendidik, jika guru tidak membawa anak kearah tujuan pendidikan, akan tetapi
menyelewengkan dari tujuan itu, misalnya “mendidik anak menjadi pencopet”.
Karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan
yang berarti bagi anak, kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan
lingkungan, dan menambah integrasi anak.
F.
Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan
yang ada dalam diri seseoarang. Emosi yang berhungan dengan masalah perasaan.
Semua orang mempunyai perasaan baik perasaan jasmaniah maupun rohaniah.
Perasaan bagi manusia pada
umumnya adalah dapat menyesuaikan diri denagn keadaan alam sekitar. Orang yang
emosional adalah orang yang mudah tergugah perasaannya. Misalnya, menonton film
adegan sedih, seseorang akan menangis atau sedih.
Emosional
atau perasaan adalah suatu yang peka. Emosi akan memberi tanggapan (respons)
bila ada rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang . baik rangsangan
verbal maupun nonverbal. Rangsangan verbal itu misalnya ceramah, cerita,
sindiran, pujian, ejekan, berita, peritah dan sebagainya. Sedangkan rangsangan
nonverbal dalam bentuk perilaku berupa sikap dan perbuatan.
Emosi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kepribadian seseorang. Itulah
sebabnya pendekatan emosinal yang berdasarkan emosi atau perasaan yang
dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran. Dengan
pendekatan ini diusahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar
bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT dan kebenaran ajaran
agamanya.
G.
Pendekatan Rasional
Manusia adalah makhluk yang
diciptakan Allah SWT yang sempurna. Yang berbeda dengan makhluk lainnya.
Perbedaannya pada akal. Manusia mempunyai akal sedangkan mahluk lainnya seperti
hewan tidak menpunyai akal.
Manusia bisa membedakan mana
perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan makhluk lainnya seperti
binatang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Walaupun
keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan tetapi bahwa akal itu dapat
dicapai ketinggian ilmu pengetahuan.
Akal
atau rasio memang mempunyai potensi untuk menaklukan dunia. Sebaiknya akal
dijadikan alat untuk membuktikan kebenaran ajaran-ajaran agama.agar keyakinan
yang dianut bertambah kokoh, Keampuhan akal rasio dijadikan pendekatan yang
disebut pendekatan rasional .
H.
Pendekatan Fungsional
Ilmu pengetahuan yang
dipelajari oleh anak disekolah bukan hanya sekedar pengisi otak, tetapi
diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai individu maupun sebagai
makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari-hari
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Anak dapat merasakan manfaat dari ilmu
yang didapatnya disekolah.anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu untuk
kepentingan hidupnya.maka nilai ilmu sudah fungsional didalam diri anak.
Pendekatan fungsional yang
diterapkan disekolah diharapkan dapat menjambatani harapan tersebut.guna untuk
memperlicin kearah yang sama.
Dalam hal ini ada beberapa
metode mengajar, antar lain adalah metode latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya
jawab, dan sebagainya
I.
Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran
disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi
terdiri dari banyak mata pelajaran.dalam prateknya tidak hanya digunakan satu,
tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan
penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi,
guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata
pelajaran.khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan
keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi
menyatu dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama
yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi,
misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan
nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan agama dapat
membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar
nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini,
dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.
J.
Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk
menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan
atau tulisan. Bahasa inggris bahasa asing yang pertama di indonesia yang
dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu
pengetahuan.kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa salah satu sebabnya
kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti
faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri.
Ada beberapa konsep penting yang menyadari pendekatan ini sebagai
berikut :
§
Bahasa merupakan alat
untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur ( tata bahasa dan
kosa kata).
§
makna ditentukan oleh
lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan konsep dasar dalam
pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natura.
§
makna dapat diwujudkan
melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan maupun tertulis. Suatu kalimat
dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada situasi saat kalimat
digunakan.
§
belajar bahasa asing
adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut, sebagai bahasa sasaran,
baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung
oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa sasaran.
§
motivasi belajar siswa
merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi
ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan peljaran dan kegiatan
pembelajaran siswa yang bersangkutan.
§
bahan pelajaran dan
kegiatan pembeljaran menjadi lebih penting bermakna bagi siswa jika berhubungan
dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan
masa depannya.
§
dalam proses belajar
mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Karena
itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus dipertimbangkan dalam segala
keputusan yang berkaitan dengan pengajaran.
§
dalam proses belajar
mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan
ketrampilan berbahasanya.
REFERENSI : Bahri syaeful dan Zain Aswan. 2006. “Strategi Belajar mengajar”.
Jakarta : Rineka Cipta
4.
Kedudukan Pemilihan
& Penentuan di Pengajaran
A. Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar
Salah satu usaha yang tidak pernah guru
tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah
satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar
mengajar. Di dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru tentu mempunyai cara
atau metodedalam kegiatan tersebut. Karena tidak ada satupun kegiatan
belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran.
Adapun kedudukan metode dalam
belajar mengajar yaitu:
§
Sebagai alat motivasi ekstrinsik, maksudnya
metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan
belajar seseorang. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat
dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
§
Sebagai strategi pengajaran, maksudnya
metode berfungsi sebagai strategi pengajaran agar anak didik dapat belajar
secara efektif sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Perbedaan daya serap
anak didik terhadap pelajaran memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metode
adalah salah satu solusinya. Menurut Roestiyah N.K., guru
harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan
efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Dan salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasa
disebut metode mengajar.
§
Sebagai alat untuk mencapai tujuan, maksudnya
metode merupakan salah satu komponen yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau
dengan kata lain metode merupakan pelicin jalan pengajaran menuju tujuan.
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah ke mana kegiatan belajar
mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah
tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak digunakan.
B. Pemilihan Dan
Penentuan Metode
Metode mengajar yang diterapkan
guru dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah
melalui seleksi kesesuaian dengan perumusan intruksional khusus. Pemakaian
metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara
penggunaan metode yang lain juga digunakan untuk mencapai tujuan yang lain.
Begitulah adanya kesesuaian dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan.
Pemilihan dan penentuan
metode dapat dilihat dari beberapa sudut pandang diantaranya:
§ Nilai
metode strategi
§ Efektifitas penggunaan metode
§ Pentingnya pemilihan dan penentuan metode
C.
Metode Pembelajaran
Kontruktivisme
Metode Pembelajaran Kontruktivisme yaitu, blog Pembelajaran
akan share tentang Metode Pembelajaran Konstruktivisme. Bahwa di dalam
masing-masing tahap pembelajaran konstruktivisme pada postingan-postingan
sebelumnya, tentu saja terdapat berbagai metode.
D.
Metode Pembelajaran Behaviorisme
Aplikasi teori behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada
teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap,
tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar
adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan
dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan
oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa
yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
5.Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar adalah variasi cara
yang dimiliki seseorang untuk mengakumulasi serta mengasimilasi informasi. Pada
dasarnya, gaya belajar Anda adalah metode yang terbaik memungkinkan Anda dalam
mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan secara spesifik
Gaya belajar adalah kunci untuk
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah dan dalam situasi-situasi
antar pribadi. Ketika kita menyadari bagaimana diri ini dan orang lain menyerap
dan mengolah informasi, kita dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih
mudah dengan gaya sendiri.
Ada dua kategori utama tentang
bagaimana kita belajar yaitu:
1.
Modalisme adalah bagaimana kita
menyerap informasi dengan mudah
2.
Dominasi otak adalah cara dan
bagaimana kita mengatur dan mengolah informasi.
REFERENSI : Hamalik, Oemar. 1990.
Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
B.Jenis-Jenis Gaya Belajar
1. Gaya Belajar Visual (Visual
Learners)
Gaya belajar seperti ini
menjelaskan bahwa kita harus melihat dulu
buktinya untuk kemudian bisa
mempercayainya.
Ada beberapa karakteristik yang
khas bagi orang-orang yang menyukai
gaya belajar visual ini. Pertama,
kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran)
secara visual untuk mengetahuinya
atau memahaminya;
Ciri-ciri
gaya belajar visual :
1. Bicara agak
cepat
2.
Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
3. Tidak
mudah terganggu oleh keributan
4. Mengingat
yang dilihat, dari pada yang didengar
5. Lebih
suka membaca dari pada dibacakan
Strategi
untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1. Gunakan
materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan
warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak
untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan
multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak
untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar
2. Gaya Belajar Auditorial ( Auditorial
Learners )
Gaya belajar
auditory learners adalah gaya belajar yang mengandalkan
pada
pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model
belajar
seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama
menyerap
informasi atau pengetahuan.
Strategi
untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1. Ajak anak
untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas
maupun di
dalam keluarga.
2. Dorong
anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan
musik untuk mengajarkan anak.
3. Gaya
Belajar Kinestetik ( Tactual Learners )
Dalam gaya
belajar ini kita harus menyentuh sesuatu yang memberikan
informasi
tertentu agar kita bisa mengingatnya. Ada beberapa karakteristik model
belajar
seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Pertama adalah
menempatkan
tangan sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus
mengingatnya.
Kedua, hanya dengan memegang kita bisa menyerap informasinya
tanpa harus
membaca penjelasannya.
Strategi
untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1. Jangan
paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak
untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya
(contohnya:
ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek
sesungguhnya
untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan
anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan
warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan
anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
REFERENSI : Anitah sri. 2007. “
Strategi Pembelajaran ”. Jakarta : Universitas Terbuka
6.sumber
belajar da alat pelajaran
a.pengertian gaya belajar
umber
belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan
wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik
secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik
dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Menurut Yusufhadi Miarso adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang,
bahan, alat, teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun
terkombinasikan dapat
memungkinkan terjadinya belajar.
memungkinkan terjadinya belajar.
b.macam-macam sumber belajar
1.Menurut Sifat Dasarnya
a.Manusia (Human) Manusia sebagai
sumber belajar dibedakan menjadi: yang secara khusus dipersiapkan menjadi
sumber belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yaitu para guru atau
guru bantu dan ada juga mereka yang tidak dipersiapkan menjadi sumber belajar
tapi dapat diberdayakan seperti ahli bank, pengusaha, artis, ulama' para
pekerja dan sebagainya.
b.Non Manusia (Non-Human) Yang
termasuk sumber belajar non manusia yaitu pesan, teknik, lingkungan,
benda-benda material, ruang dan tempat, alat dan perabot, serta kegiatan.
2.Menurut Segi Pengembangannya
a.Direncanakan; Adalah sumber
belajar yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan pengajaran contoh: peta,
globe, peta timbul dan sebagainya.
b.Tidak direncanakan; Adalah
sumber belajar yang tidak dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan
pengajaran dan telah tersedia didalam maupun diluar lingkungan sekolah seperti:
museum, masjid, pasar, taman,dan lain-lain.
3.Berdasarkan Pendekatan
Teknologi Instruksional
a.Pesan; Adalah informasi/ ajaran
yang disampaikan oleh komponen sumber belajar lainnya, meliputi: ide-ide, fakta
dan lain-lain.
b.Orang; Adalah yang bertindak
sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, tutor,
siswa dan lain-lain
c.Bahan; Adalah perangkat lunak
yang dapat dijadikan penyampai pesan yang dapat disajikan kepada siswa melalui
penggunaan alat ataupun oleh diri sendiri, contoh: film stripe, radio cassette,
buku, dan lain-lain
d.Alat; Adalah perangkat keras
yang dipergunakan untuk menyampaikan yang tersimpan didalam bahan. Contoh: OHP,
pesawat radio, pesawat televise, LCD, dan lain-lain.
e.Teknik; Adalah prosedur atau
panduan serta acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang
serta lingkungan untuk penyampaian pesan. Contoh: cara belajar siswa aktif,
keterampilan proses, dan lain-lain.
f.Lingkungan; Adalah segala
sesuatu yang berada disekitar siswa atau sekolah baik yang berbentuk fisik
maupun non fisik. Contoh: gedung sekolah perpustakaan, penerangan, suasana
belajar, dan lain-lain.
Contoh-contoh sumber belajar
diklasifikasikan seperti tabel berikut: Tabel jenis sumber belajar
REFERENSI: Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta:
Bumi Aksara.
7.Keberhasilan belajar mengajar
A.pengertian keberhasilan
Sebelum masuk pada
pengertian keberhasilan belajar, maka peneliti terlebih dahulu akan membahas
tentang pengertian belajar. Konsep belajar menurut UNESCO, menuntu setiap
satuan pendidikan untuk dapat mengembangkan empat pilar pendidikan baik untuk
sekarang dan masa depan, yaitu: (1) learning to know (belajar
untuk mengetahui), (2)learning to do (belajar untuk melakukan
sesuatu) dalam hal ini peserta didik dituntut untuk terampil dalam melakukan
sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang),
dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani
kehidupan bersama).
B.indikator keberhasilan
2 Indikator Keberhasilan
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, diantaranya yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan
2. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
a. kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar,
b. keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf,
c. akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian,
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, diantaranya yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan
2. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
a. kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar,
b. keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf,
c. akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian,
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta
didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan
belajar tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan petunjuk
bahwa proses belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, diantaranya yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan
2. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
a. kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar,
b. keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf,
c. akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian,
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, diantaranya yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan
2. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
a. kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar,
b. keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf,
c. akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian,
C.Penilaian
Keberhasilan
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang Iingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:
1.Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa .Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau tarafkeberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang Iingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:
1.Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa .Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau tarafkeberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
D.tingkat keberhasilan
Tingkat Keberhasilan
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1.Istimewa/ maksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
2. Baik sekali/ optimal Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai olehsiswa.
3.Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.
4. Kurang Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru.
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1.Istimewa/ maksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
2. Baik sekali/ optimal Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai olehsiswa.
3.Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.
4. Kurang Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru.
E.Program
Perbaikan
Taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dimanfaatkan untuk berbagai upaya. Salah satunya adalah sehubungan dengan kelangsungan proses belajar mengajar itu sendiri yang antara lain adalah: Apakah proses belajar mengajar berikut pokok bahasan baru, mengulang seluruh pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau mengulang sebagian pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau bagaimana?
Jawaban terhadap pertanyaan terse but hendaknya didasarkan pada taraf atau tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang baru saja dilaksanakan.
1. Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai tarafkeberhasilan minimal, optimal, atau bahkan maksimal, maka proses belajar mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru.
2. Apabila 75% atau lebih dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial).
Pengukuran tentang taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar ini temyata berperan penting. Karena itu, pengukurannya harus betul-betul shahih (valid), andal (reliabel), dan lugas (objective). Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurannya disusun berdasarkan kaidah, aturan, hukum atau ketentuan penyusunan butir tes.
Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a.Mengulang pokok bahasan seluruhnya.
b.Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.
c. Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama.
d. Memberikan tugas-tugas khusus.
Taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dimanfaatkan untuk berbagai upaya. Salah satunya adalah sehubungan dengan kelangsungan proses belajar mengajar itu sendiri yang antara lain adalah: Apakah proses belajar mengajar berikut pokok bahasan baru, mengulang seluruh pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau mengulang sebagian pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau bagaimana?
Jawaban terhadap pertanyaan terse but hendaknya didasarkan pada taraf atau tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang baru saja dilaksanakan.
1. Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai tarafkeberhasilan minimal, optimal, atau bahkan maksimal, maka proses belajar mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru.
2. Apabila 75% atau lebih dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial).
Pengukuran tentang taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar ini temyata berperan penting. Karena itu, pengukurannya harus betul-betul shahih (valid), andal (reliabel), dan lugas (objective). Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurannya disusun berdasarkan kaidah, aturan, hukum atau ketentuan penyusunan butir tes.
Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a.Mengulang pokok bahasan seluruhnya.
b.Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.
c. Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama.
d. Memberikan tugas-tugas khusus.
f.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
Jika ada guru yang
mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam mengajar, adalah ungkapan
seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari kepribadian seorang guru.
Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam mengajar, apalagi jika guru itu
hadir ke dalam dunia pendidikan berdasarkan tuntutan hati nurani. Panggilan
jiwanya pasti merintih akan kegagalan mendidik dan membina peserta didiknya.
Betapa tingginya nilai suatu
keberhasilan, sampai-sampai seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran
mempersiapkan program pengajarannya denga baik dan sitematik. Namun, terkadang
keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemuinya, yang
disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika
keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai faktor itu yang menjadi
pendukungnya.
Secara sederhana faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari proses belajar mengajar berpangkal
tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama
halnya keberhasilan pengajaran.
b. Guru
Setiap guru mempunyai kepribadianmasing-masing sesuai dengan latar belakang
kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek
yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar
untuk mengantar peserya didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan
berkpribadian. Dari kepribadian itulah mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru
perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajar di kelas.
c. Peserta didik
Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap seorang anak, tetapi dalam jumlah
yang cukup banyak. Anak yang dalam jumlah cukup banyak itu tentu saja dari
latar belakang kehidupan sosial keluarga dan masyarakat yang berlainan
d. Kegiatan pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan
menghasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan
pendekatan individu, mislanya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk
individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan
pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial
e. Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang
sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan
pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak
didik. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna
kepentingan keberhasilan kegaiatan belajar mengajar di kelas.
f. Suasana evaluasi
Selain faktor tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pengajaran, serta bahan
dan alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga merupakan faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya
dilaksanakan di dalam kelas.
8.
Penggunaan Media Sumber Belajar
A. Pengertian Media
Media Komunikasi Adalah Suatu Alat Atau Sarana Yang Digunakan
Untuk Menyampaikan Pesan Dari Komunikator Kepada Khalayak..Komunikasi Dalam
Bahasa Inggris Communicationberasal Dari Kata Latin Communicatio Dan Berasal
Dari Kata Communis Yang Berarti Sama.
Pengertian Media Pembelajaran. Media
Pembelajaransecara Umum Adalah Alat Bantu Proses Belajar Mengajar. Segala Sesuatu
Yang Dapat Dipergunakan Untuk Merangsang Pikiran, Perasaan, Perhatian Dan
Kemampuan Atau Ketrampilan Pebelajar Sehingga Dapat Mendorong Terjadinya Prosesbelajar.
B. Media Sebagai Alat Bantu
Media Sebagai Alat Bantu Dalam Proses Belajar Mengajar
Adalah Suatu Kenyataan
Yang Tidak Dapat Dipungkiri. Karena
Memang Gurulah Yang Menghendakinya Untuk
Membantu Tugas
Guru Dalam Menyampaikan
Pesan-Pesan Dari Bahan
Pelajaran Yang
Diberikan Oleh Guru Kepada Anak Didik. Guru Sadar Bahwa
Tanpa Bantuan Media, Maka
Bahan Pelajaran Sukar Untuk Dicerna Dan Dipahami Oleh Setiap
Anak Didik, Terutama Bahan
Pelajaran Yang Rumit Atau Kompleks.
2. Dilihat Dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam :
A. Media Sederhana
Media Ini Bahan Dasarnya Mudah Diperoleh Dan Harganya Murah,
Cara Pembuatannya
Mudah, Dan Penggunaannya Tidak Sulit.
B. Media Kompleks
Media Ini Adalah
Media Yang Bahan Dan Alat Pembuatannya Sulit Diperoleh Serta Mahal
Harganya, Sulit Membuatnya,
Dan Penggunaannya Memerlukan
Keterampilan Yang
Memadai.
C. Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar Mengajar Adalah Suatu Proses Yang Mengolah Sejumlah
Nilai Untuk Dikonsumsi Oleh Setiap Anak Didik. Nilai-Nilai Itu Tidak Datang
Dengan Sendirinya, Tetapi Terambil Dari Berbagai Sumber. Sumber Belajar Yang
Sesungguhnya Banyak Sekali Terdapat Di Mana-Mana; Di Sekolah, Di Halaman, Di Pusat
Kota, Di Pedesaan, Dan Sebagainya. Udin Saripuddin Dan Winataputra (199: 65)
Mengelompokkan Sumber-Sumber Belajar Menjadi Lima Kategori, Yaitu Manusia, Buku
Perpustakaan, Media Massa, Alam Lingkungan, Dan Media Pendidikan. Karena Itu,
Sumber Belajar Adalah Segala Sesuatu Yang Dapat Dipergunakan Sebagai Tempat Di
Mana Bahan Pengajaran Terdapat Atau Asal Untuk Belajar Seseorang.
Media Pendidikan Sebagai Salah Satu Sumber Belajar Ikut Membantu Guru Memperkaya Wawasan Anak Didik. Aneka Macam Bentuk Dan Jenis Media Pendidikan Yang Digunakan Oleh Guru Menjadi Sumber Ilmu Pengetahuan Bagi Anak Didik. Dalam Menerangkan Suatu Benda, Guru Dapat Membawa Bendanya Secara Langsung Ke Hadapan Anak Didik Di Kelas. Dengan Menghadirkan Bendanya Seiring Dengan Penjelasan Mengenai Benda Itu, Maka Benda Itu Dijadikan Sebagai Sumber Belajar.
Media Pendidikan Sebagai Salah Satu Sumber Belajar Ikut Membantu Guru Memperkaya Wawasan Anak Didik. Aneka Macam Bentuk Dan Jenis Media Pendidikan Yang Digunakan Oleh Guru Menjadi Sumber Ilmu Pengetahuan Bagi Anak Didik. Dalam Menerangkan Suatu Benda, Guru Dapat Membawa Bendanya Secara Langsung Ke Hadapan Anak Didik Di Kelas. Dengan Menghadirkan Bendanya Seiring Dengan Penjelasan Mengenai Benda Itu, Maka Benda Itu Dijadikan Sebagai Sumber Belajar.
4. Macam Macam Media
Media yang telah
dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari
itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan
serta cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada pembahasan berikut.
1. Dilihat dari Jenisnya, Media Dibagi ke Dalam:
a. Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gam bar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
c. Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:
1. Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara.
2. Audiovisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.
1. Pembagian lain dari media ini adalah:
a) Audiovisual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti film video-cassette, dan
b) Audiovisual Tidak Murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.
2. Dilihat dari Daya Liputnya, Media Dibagi Dalam:
a) Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
Contoh: radio dan televisi.
b) Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
c) Media untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
3. Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam:
a. Media Sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b. Media Kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.
Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di atas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media yang mana yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya dipakai.
1. Dilihat dari Jenisnya, Media Dibagi ke Dalam:
a. Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gam bar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
c. Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:
1. Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara.
2. Audiovisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.
1. Pembagian lain dari media ini adalah:
a) Audiovisual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti film video-cassette, dan
b) Audiovisual Tidak Murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.
2. Dilihat dari Daya Liputnya, Media Dibagi Dalam:
a) Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
Contoh: radio dan televisi.
b) Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
c) Media untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
3. Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam:
a. Media Sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b. Media Kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.
Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di atas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media yang mana yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya dipakai.
5. Prinsip-prinsip
Pemilihan dan Penggunaan Media
Sebagaimana telah disinggung di
depan, bahwa setiap media pengajaran memiliki keampuhan masing-masing, maka
diharapkan kepada guru agar menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pada
saat suatu kali pertemuan. Hal ini dimaksudkan jangan sampai penggunaan media
menjadi penghalang proses belajar mengajar yang akan guru lakukan di kelas.
Harapan yang besar tentu saja agar media menjadi alat bantu yang dapat
mempercepat/mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.
Ketika suatu media akan dipilih,
ketika suatu media akan dipergunakan, ketika itulah beberapa prinsip perlu guru
perhatikan dan dipertimbangkan.
Drs. Sudirman N. (1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:
1. Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yangjelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat umum, ataukah untuk sekadar hiburan saja mengisi waktu kosong? Lebih spesifik lagi, apakah untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak TK, SD, SMP, SMU, tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan, ataukah masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai media.
2. Karakteristik Media Pengajaran
Drs. Sudirman N. (1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:
1. Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yangjelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat umum, ataukah untuk sekadar hiburan saja mengisi waktu kosong? Lebih spesifik lagi, apakah untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak TK, SD, SMP, SMU, tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan, ataukah masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai media.
2. Karakteristik Media Pengajaran
Setiap media mempunyai
karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya,
maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran
merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan
pemilihan media pengajaran. Di samping itu, memberikan "kemungkinan pada
guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi.
Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut guru akan
dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.
3. Alternatif Pilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan apa adanya
3. Alternatif Pilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan apa adanya
Nomor
8 Referensi : Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta, Jakarta,
Cet.IV. 2010
9.
Teknik Teknik Mendapatkan Umpan Balik
a. Memancing Apersepsi Anak Didik
Sebelum saya membahas masalah
bagaimana cara memancing apersepsi anak didik, saya akan membahas masalah
peranan guru, Peranan guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus
dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Surya, 1997: 108).
Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, di dalam keluarga, dan
di dalam masyarakat.
Disekolah guru berperan sebagai
perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran
siswa. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang
dewasa, sebagai pengajar dan pendidik , yakni sebagai guru. Berdasarkan
kedudukannya sebagai guru, ia harus menunjukkan perilaku yang layak (bisa
dijadikan teladan oleh siswanya). Tuntutan masyarakat khususunya siswa dari
guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi daripada yang
dituntut dari orang dewasa lainnya. (Tohirin, 2005: 152).
Pengajar perlu mengetahui sejauh
mana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh murid, karena dari
sinilah tergantung apakah ia dapat melanjutkan pelajaran atau kuliahnya dengan
bahan berikutnya. Bilamana murid belum mengerti bagian-bagian tertentu,
pengajar haurs mengulangi lagi penjelasannya. Pada umumnya murid juga tidak
tahu sejauh mana bahan yang diterangkan dapat mereka fahami. Hal ini kiranya
dapat dimaklumi, karena mereka tidak mempunyai waktu untuk memikirkan
pengetahuan yang baru saja mereka peroleh. Maka dari itu pengajar harus sedikit
memaksa sehingga murid dapat mengerti betul-betul bahan yang diterangkan.
Bagaimana hal tersebut dapat dilakukan? Ada berbagai cara untuk itu. Cara
paling sederhana adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan selama atau pada akhir
jam pelajaan. Dengan cara itu pengajar akan menemukan apa saja yang belum
tersampaikan secara jelas.
Segala hal yang ternyata belum
dimengerti secara jelas oleh pihak murid. Hendaknya dicatat dan diulangi
lagi pada kesempatan berikutnya. Cara lain yang lebih baik dan akan memberi
keterangan lebih pasti adalah mengadakan ujian singkat. Serupa dengan yang
disebut kwis, di akhir jam pelajaran. Dengan ujian singkat itu murid dipaksa
menuliskan. Sejauh mana bahan yang telah diterangkan dapat mereka mengerti.
Sering kali cara demikian tidak mungkin terlaksana, karena memerlukan waktu
cukup banyak. Namun kadang kala cara tersebut dapat sangat bermanfaat, karena
itu salah satu cara memancing apersepasi anak didik.
Umpan balik tidak sama dengan
penilaian. Umpan balik hanya dimaksudkan untuk mencari informasi sampai dimana
murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu murid atau mahasisiwa juga
diberi kesempatan untuk memeriksa diri sampai di mana mereka mengerti bahan
tersebut. Sehingga mereka dapat melengkapi pengertian-pengertian yang belum
lengkap.
Itulah tadi bentuk-bentuk umpan
balik yang dimaksudkan untuk melihat. Sejauh mana suatu penjelasan dapat
tersampaikan secara baik. Dan dari sini kiranya saya telah mengetahui bahwa ada
berbagai macam bentuk umpan balik. Pilihan tentu saja paling tergantung pada
pengajar yang bersangkutan sendiri. Hal yang paling penting adalah sejauh mana
uraian yang diberikan dapat diterima secara jelas oleh murid. Pada umumnya
pengajar kurang memikirkan perlunya mengadakan umpan balik seperti itu. Setelah
seluruh kursus atau seluruh rangkaian pelajaran selesai diberikan. Terlihat
pada waktu ujian bahwa murid belum mengerti secara baik bahan yang diajarkan.
Dan itu berarti suatu keterlambatan. Sebaliknya, bilamana pengajar menyadari
pentingnya umpan balik. Maka pengajaran yang ia berikan akan menjadi lebih
efektif.
b.
memanfaatkan teknik alat bantu yang akseptable
Ada beberapa macam alat Bantu
yang dapat diterima oleh siswa, agar mereka mudah memahami pelajaran
diantaranya adalah:
Audio-Visual
Cara ini menyajikan contoh situasi nyata atau contoh
situasi buatan dalam sajian tayangan hidup (film). Tentu saja, cara ini lebih
mudah menjadi pengalaman belajar kalau sajian tayangan mengandung unsur cerita
yang berkaitan dengan pengalaman dan imajinasi siswa. Pencapaian kompetensi
tentang sikap/attitude seperti pada mata pengajaran Kewarganegaraan dan
Pendidikan Agama, akan sangat membantu kalau dikemas dalam suatu cerita
tayangan hidup yang menyentuh dimensi emosi dan perasaan. Alat audio visual
dapat membantu anak-anak belajar dengan menyajikan dalam bentuk yang kongkrit.
Film, film strip, model-model, dan lain memepermudah pengertian tentang konsep
dan proses tertentu. Pengalaman belajar berupa eksperimen dalam laboratorium
bermanfaat sekali untuk memahami ide atau pengartian yang sulit. (Brooks, J.G. & Brooks, M.G.
1993: 9)
Tak semua murid sanggup belajar dengan cara verbal yang
abstrak. Alat audio-visual diperlukan untuk membantu mereka. Akan tetapi tak
semua bahan harus disampaikan secara kongkrit. Kebanyakan pelajar dapat dan
harus disampaikan secara verbal akan tetapi untuk bagian-bagian tertentu alat
audio-visual atau alat intruksional pada umumnya sangat berguna untuk
mempermudah dan memepercepat pemahaman bagi murid-murid tertentu.apa yang
dikemukakan diatas merupakan usaha uantuk mempertinggi mutu mengajar agar
murid-murid dapat memahami apa yang diajarkan tanpa komunikasi yang baik antara
guru dan murid proses mengajar-belajar tidak akan berjalan dengan efektif.
Sekalipun terdapat komunikasi yang baik masih dapat
diharapkan bahwa selalu terdapat kekurang pahaman. Itu sebabnya perlu adanya
evaluasi untuk membantu menemukan kekurangan atau kesalahan murid yang
dinginkan sebagai “Feedbeck” atau umpan balik agar dapat membantu tiap anak
secara individual untuk mengatasi kesulitan belajar dan memahami dengan mencari
jalan-jalan lain yang lebih sesuai bagi mereka, tersedia berbagai lat
intruksional membuka jalan bagi guru untuk mencari metode-metode lain untuk
membantu murid-muridnya.
Dengan demikian guru maupun murid tak perlu lekas putus
asa atau jengkel bila dengan metode tertentu tidak tercapai keberhasilan yang
harapkan dan jika tidak berhasil menurut cara tertentu masih banyak
bagian-bagian lain yang tersedia, bahkan dapat di cari cara-cara baru. Membantu
murid bearti memberikan kesanggupan menolong diri sendirir mengatsasi
kesuliatannya sendiri serta kemampuan untuk belajar sendiri. Karena itu guru
senantiasa membantu murid untuk mengenal proses belajar, cara belajar atau
belajar-belajar yang membawanya kepada penguasaan bahan sampai taraf yang
setinggi-tingginya. Dengan demikian perkembangan akan menjadi “self propelling
growt” yaitu berkembang atas dorongan dan kemauan sendiri yang kita harapkan
akan berlangsung sepanjang hidup. (Nazulia, 1982: 43)
Visualisasi Verbal
Cara
ini banyak berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku sumber, ensiklopedia,
lembar kegiatan/lembar kerja, carta, grafik, table. Pada beberapa buku biasanya
tidak hanya menyajikan uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam
ilustrasi (gambar). Dengan demikian, siswa yang memiliki daya abstraksi lemah
dapat terbantu dengan keberadaan ilustrasi/gambar tersebut.
Audio Verbal
Guru terbiasa
menggunakan cara audio-verbal dalam bentuk ceramah. Pada keadaan ini, siswa
senantiasa diam-pasif sambil mendengarkan penjelasan guru. Kekurangan atau
kelemahan cara ini adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk menyamakan
informasi yang diceramahkan guru dengan pengetahuan awal siswa. Kalau keadaan
ini berkelanjutan, peristiwa belajar cenderung tidak berlangsung. Untuk
mengatasinya, guru harus mengurangi cara ini, atau kalau terpaksa perlu
berceramah cuKATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat merampungkan makalah bertajuk “Strategi Belajar Mengajar” yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Strategi Pembelajaran”. Adapun maksud dan tujuan pembuatan dari makalah ini, untuk membantu para mahasiswa, khususnya yang sedang belajar Strategi Pembelajaranguna memahami definisi keberhasilan sebuah pembelajaran dalam berbagai indikator, penilaian, tingkat, dan program perbaikan sebuah strategi, serta mengetahui berbagai macam faktor yang memepengaruhi proses belajar mengajar.
Sebagai
penulis, kami menyadari bahwa tidak ada kesempurnaan dalam segala hal, termasuk
makalah ini. Atas dasar tersebut penulis sangat menerima kritik dan saran
membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya bila diperlukan. Ucapan terimakasih
secara khusus penulis haturkan kepada tim penulis, yang telah bekerja sama
dalam proses pembuatan makalah ini, dan teman-teman lainnya yang juga
memberikan informasi lebih lanjut mengenai strategi
belajar mengajar
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Metode adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan
demikian tujuan merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya
penggunaan suatu metode.
Dalam hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi,
fasilitas dan faktor guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu
metode. Karenanya metode mengajar itu banyak sekali dan sulit
menggolong-golongkannya. Lebih sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki
efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang “kurang baik” di tangan seorang
guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan guru yang lain dan
metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik
pelaksanaannya.
Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang
satu tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu,
menjadi mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis
untuk dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
Belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Mengingat
kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin
menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih
unggul dari pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai
semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi, dan untuk selamanya. Untuk itu
berikut ini akan dibahas beberapa metode yang dimungkinkan dapat digunakan
dalam pembelajaran pendidikan seperti metode ceramah, metode diskusi, metode
kelompok dan metode campuran.
Manfaat Mata Kuliah
Strategi Belajar Mengajar
Dalam rangka
pengembangan bervariasi megajar yang dilakukan guru atau calon guru.
§ Dapat
memilih strategi yang tepart sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
§ Untuk
memperluas ckrawala guru atau calon guru dalam proses belajar mengajar.
Diskripsi Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Tujuan Pembelajaran
Strategi Perkuliahan
Materi Perkuliahan
1. Konsep Strategi Belajar Mengajar(SBM)
Pengertian SBM
Strategi belajar-mengajar adalah
cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan
pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang
dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Menurut (Gerlach dan
Ely)
Strategi belajar mengajar adalah
suatu cara seorang guru untuk menyampaikan materi pelajaran dengan kegiatan
yang memberikan pengalaman kepada siswa supaya lebih mudah untuk menerima
pelajaran yang betujuan merubah peserta
didik.
Referensi:
A.
Klasifikasi SBM
Klasifikasi
strategi pembelajaran adalah pengelompokan strategi pembelajaran berdasarkan
segi-segi yang sejenis yang terdapat dalam setiap strategi
pembelajaran. Strategi dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), tak langsung (indirect
instruction), interaktif, mandiri, melalui pengalaman (experimental).
Referensi :
§ Strategi Pembelajaran Langsung.
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan
oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun
keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat
deduktif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan, sedangkan
kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan
sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta
belajar kelompok. Agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan pemikiran
kritis, strategi pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi
pembelajaran yang lain.
§ Strategi Pembelajaran Tak Langsung
Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi
pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta
didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru
bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan
belajar dan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan dari strategi ini antara
lain:
a. Mendorong ketertarikan dan
keingintahuan peserta didik,
b. Menciptakan alternatif dan
menyelesaikan masalah,
c. Mendorong kreativitas dan pengembangan
keterampilan interpersonal dan kemampuan yang lain,
d. Pemahaman yang lebih baik,
e. Mengekspresikan pemahaman.
Sedangkan kekurangan dari
pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome sulit diprediksi.
Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu
mengingat materi dengan cepat.
Strategi Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan
pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi
kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman,
pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara
alternatif untuk berfikir dan merasakan.
Kelebihan strategi ini antara lain:
a. Peserta didik dapat belajar dari
temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan,
b. Mengorganisasikan pemikiran dan
membangun argumen yang rasional.
Strategi pembelajaran interaktif
memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif.
Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam
menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.
Strategi Pembelajaran Empirik
(Experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi
pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas.
Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan
pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang
efektif.
Kelebihan dari startegi ini antara
lain:
a.Meningkatkan partisipasi peserta
didik,
b.Meningkatkan sifat kritis peserta
didik,
c.Meningkatkan analisis peserta
didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain.
Sedangkan kekurangan dari strategi
ini adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya
yang mahal, dan memerlukan waktu yang panjang.
Strategi Pembelajaran Mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang
bertujuan untuk
membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya
adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok
Implementasi Belajar Mengajar
membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya
adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok
Implementasi Belajar Mengajar
Salah faktor yang mendukung kondisi
belajar di dalam suatu kelas adalah job discrimination proses
belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang
dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. Sehubungan dengan hal ini, job
discrimination guru dalam implementasi proses belajar mengajar adalah:
1.Perencanaan instruksional, yaitu
alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar
2.Organisasi belajar yang merupakan
usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai
dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar
mengajar
3.Menggerakkan anak didik yang
merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar
siswa
4.Supervisi dan pengawasan, yakni
usaha mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan, dan mengarahkan kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah didesain
sebelumnya
REFERENSI: Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan
Belajar. Bandung: Tarsito
2.
Hakikat, Ciri dan komponen Belajar Mengajar
A.
Hakekat Belajar
Mengajar
Pada hakikatnya, belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas belajar. Walaupun pada
kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar, misalnya
perubahan fisik dan lain – lain.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah
suatu proses, yaitu proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di
sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan minat belajar dan mendorong anak
didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses
memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses
belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jika hakikat belajar adalah perubahan,
maka pada hakikanya belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan
oleh guru.
B.
Ciri – ciri Beajar
Mengajar
Sebagai
suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri –
ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi adalah sebagai berikut :
§
Belajar mengajar
memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan
tertentu.
§
Terdapat suatu prosedur
yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
§
Kegiatan belajar
mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
§
Ditandai dengan
aktivitas anak didik.
§
Dalam kegiatan belajar
mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
§
Dalam kegiatan belajar
mengajar membutuhkan kedisiplinan.
§
Adanya batas waktunya.
§
Adanya evaluasi pada
tahap akhir.
Sebagai
suatu sistem, kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen sebagai
berikut :
§
Tujuan
Tujuan dalam pendidikan dan
pengajaran adalah suatu cita –cita yang bernilai normatif. Dengan kata lain,
dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik.
Tujuan tersebut mempunyai jenjang dari yang luas dan umum sampai pada yang
sempit dan khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang
lainnya, dan tujuan yang berada di bawah akan menunjang tujuan di atasnya.
§
Bahan Pelajaran
Bahan adalah salah satu
sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar ini
adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Dengan demikian,
bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran.
Karena bahan adalah salah satu inti dalam proses belajar mengajar yang akan
disampaikan kepada anak didik.
§
Kegiatan Belajar
Mengajar
Kegiatan belajar mengajar
adalah inti kegiatan dalam pendidikan, karena akan menentukan sejauh mana
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Segala sesuatu yang diprogramkan
akan dilaksanakan dan akan melibatkan semua komponen pengajaran. Kegiatan
belajar mengajar yang baik ditentukan dari baik atau tidaknya program
pengajaran yang telah dilakukan pula, karena akan berpengaruh terhadap tujuan
yang akan dicapai.
§
Metode
Metode adalah suatu cara
yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, penggunaan metode bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed., Mengemukakan lima faktor yang
mempengaruhi penggunaan metode, yaitu :
Ø
Tujuan yang berbagai –
bagai jenis dan fungsinya.
Ø
Anak didik yang
berbagai – bagai tingkat kematangannya.
Ø
Situasi yang berbagai –
bagai keadaannya.
Ø
Fasilitas yang berbagai
– bagai kualitas dan kuantitasnya.
Ø
Pribadi guru serta
kemampuan profesionalnya yang berbeda – beda.
§
Alat
Alat adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang berfungsi
sebagai perlengkapan, sebagai alat bantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan
alat sebagai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ala dan alat
bantu. Alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan lain – lain.
Sedangkan alat bantu adalah berupa globe, papan tulis, kapur, dan lain – lain.
§
Sumber Pelajaran
Dalam mengemukakan sumber –
sumber belajar ini, para ahli sepakat bahwa segala sesuatu dapat dipergunakan
sebagai sumber belajar sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
§
Evaluasi
Menurut Wand dan Brown,
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentuka nilai dari
sesuatu. Menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N Sumartana, evaluasi pendidikan
dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai
sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan. Menurut Ny. Drs. Roestiyah N.K,
evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas – luasnya, sedalam –
dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab
akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan
belajar siswa.
Ketika evaluasi dapat
memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai
barikut :
Ø
Untuk memberikan umpan
balik kepaa guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
Ø
Untuk memberikan angka
yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap siswa.
Ø
Untuk menentukan
situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan yang
dimiliki oleh siswa.
3.
Berbagai Pendekatan
Dalam Belajar Mengajar
Ketika kegiatan belajar
mengajar itu berproses guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan
bijaksana , bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru
terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak
selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan
mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam penagajaran.
Ada
beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat
membantu dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
A.
Pendekatan Individual
Dalam kegiatan belajar
mengajar seurang guru sering melihat peserta didiknya belajar dengan gaya yang
berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam, cara mengemukakan pendapat,
cara berpakaian, daya serap, tingkat kecerdasan dan sebagainya, selalu ada
variasinya. Masing-masing anak didik memponyai karakteristik tersendiri yang
berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya.
Perbedaan
individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa setrategi
pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual
ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam
strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau
masteri learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak akan
pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individualdapat
diharapkan kepada anak didik denagan tingkat penguasaan optimal.
Pendekatan individual
mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengolahan
kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa
begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual ini, sehingga guru dalam
melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak
didik di kelas. Persoalan kesulitan belajr anak lebih muda dipecahkan dengan menggunakan
pendekatan individual, walaupunsuatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
B.
Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar
mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni
pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu
digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal
ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk
yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok,
diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap
anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri
mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas.
Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini
saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupansemua
makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri
sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari
atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk
tertentu.
Anak didk dibiasakan hidup
bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada
kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu
mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan
dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan. Tanpa ada
rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas dalam rangka untuk
mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik
yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru akan menggunakan
pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa ahl itu tidak
bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan
dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn diberiakan kepada anak didik memang
cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok
tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memnpertimbangkan hah-hal
yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
Dalam pengolahan kelas,
terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok
sangat diperlukan . Perbedaan individual anak didik, pada aspek biologis,
intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan
pendekatan kelompok.
C.
Pendekatan Bervariasi
Ketika guru dihadapkan
kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan
dengan permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak
ddidik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam
belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik
mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai
motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang
lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau
dua orang ank tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara
(berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari
masalah pelajaran.
Dalam mengajar, guru yang
hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang
kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas,
sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai ada tandanya gangguan dalam proses
belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi kurang efektif,
efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu. Disebabkan
anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode yang hanya satu-satunya dipergunakan
tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan
metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebsnysksn guru menggunakan
beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
Permasalahan yang dihadapi
oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan
lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.Pendekatan bervariasi bertolak
dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam
belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan
berbagai motif, sehingga diperlukan variasiteknik pemecahan untuk setiap kasus.
Maka kiranya pendekatan bervariasi inisebagai alat yang dapat guru gunakan
untuk kepentingan penagajaran.
D.
Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan
dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena
motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti
dan sebagainya.
Anak didik yang telah
melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang
memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hukumdengan cara
memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang
tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sankst hukum yang salah. Guru telah
menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan
orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila
menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah
dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang
dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak
didik agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
Cukup banyak sikap dan
perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada
anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas
telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka
berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur
barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok sejenisnya. Contoh diatas
menggambarkan pendekatan edukatif yang di lakukan telah oleh guru dengan
menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan
tujuan untuk mwmbina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.
Kasuistis yang terjadi di
sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan tigkat
kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat. Berbagai
kasus yang terjadi selain dapat di ndekati dengan pendekatan individual,
pendekatan kelompok, dan juga pendekatan kelompok. Namun yang penting untuk di
ingat adalah bahwa pendekatan individual harus bedampingan dengan pendekatan
edukatif. Pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif,
dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan
demikian, semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif,
denagn tujuan mendidik.
E.
Pendekatan Pengalaman
Experience is the best
teacher, pengalaman adalah guru yang baik.
Pengalaman adalah guru yang bisu yang tak pernah marah. Pengalaman adalah guru
yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga. Meskipun pengalaman
diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman dapat
bersifat mendidik (educative experience). Karena ada
pengalaman yang tidak bersifat mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak
mendidik, jika guru tidak membawa anak kearah tujuan pendidikan, akan tetapi
menyelewengkan dari tujuan itu, misalnya “mendidik anak menjadi pencopet”.
Karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan
yang berarti bagi anak, kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan
lingkungan, dan menambah integrasi anak.
F.
Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan
yang ada dalam diri seseoarang. Emosi yang berhungan dengan masalah perasaan.
Semua orang mempunyai perasaan baik perasaan jasmaniah maupun rohaniah.
Perasaan bagi manusia pada
umumnya adalah dapat menyesuaikan diri denagn keadaan alam sekitar. Orang yang
emosional adalah orang yang mudah tergugah perasaannya. Misalnya, menonton film
adegan sedih, seseorang akan menangis atau sedih.
Emosional
atau perasaan adalah suatu yang peka. Emosi akan memberi tanggapan (respons)
bila ada rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang . baik rangsangan
verbal maupun nonverbal. Rangsangan verbal itu misalnya ceramah, cerita,
sindiran, pujian, ejekan, berita, peritah dan sebagainya. Sedangkan rangsangan
nonverbal dalam bentuk perilaku berupa sikap dan perbuatan.
Emosi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam kepribadian seseorang. Itulah
sebabnya pendekatan emosinal yang berdasarkan emosi atau perasaan yang
dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran. Dengan
pendekatan ini diusahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar
bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT dan kebenaran ajaran
agamanya.
G.
Pendekatan Rasional
Manusia adalah makhluk yang
diciptakan Allah SWT yang sempurna. Yang berbeda dengan makhluk lainnya.
Perbedaannya pada akal. Manusia mempunyai akal sedangkan mahluk lainnya seperti
hewan tidak menpunyai akal.
Manusia bisa membedakan mana
perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan makhluk lainnya seperti
binatang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Walaupun
keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan tetapi bahwa akal itu dapat
dicapai ketinggian ilmu pengetahuan.
Akal
atau rasio memang mempunyai potensi untuk menaklukan dunia. Sebaiknya akal
dijadikan alat untuk membuktikan kebenaran ajaran-ajaran agama.agar keyakinan
yang dianut bertambah kokoh, Keampuhan akal rasio dijadikan pendekatan yang
disebut pendekatan rasional .
H.
Pendekatan Fungsional
Ilmu pengetahuan yang
dipelajari oleh anak disekolah bukan hanya sekedar pengisi otak, tetapi
diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai individu maupun sebagai
makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari-hari
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Anak dapat merasakan manfaat dari ilmu
yang didapatnya disekolah.anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu untuk
kepentingan hidupnya.maka nilai ilmu sudah fungsional didalam diri anak.
Pendekatan fungsional yang
diterapkan disekolah diharapkan dapat menjambatani harapan tersebut.guna untuk
memperlicin kearah yang sama.
Dalam hal ini ada beberapa
metode mengajar, antar lain adalah metode latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya
jawab, dan sebagainya
I.
Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran
disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi
terdiri dari banyak mata pelajaran.dalam prateknya tidak hanya digunakan satu,
tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan
penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi,
guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata
pelajaran.khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan
keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi
menyatu dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama
yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi,
misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan
nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
Pendekatan agama dapat
membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar
nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini,
dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.
J.
Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk
menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan
atau tulisan. Bahasa inggris bahasa asing yang pertama di indonesia yang
dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu
pengetahuan.kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa salah satu sebabnya
kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti
faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri.
Ada beberapa konsep penting yang menyadari pendekatan ini sebagai
berikut :
§
Bahasa merupakan alat
untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur ( tata bahasa dan
kosa kata).
§
makna ditentukan oleh
lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan konsep dasar dalam
pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natura.
§
makna dapat diwujudkan
melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan maupun tertulis. Suatu kalimat
dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada situasi saat kalimat
digunakan.
§
belajar bahasa asing
adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut, sebagai bahasa sasaran,
baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung
oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa sasaran.
§
motivasi belajar siswa
merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi
ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan peljaran dan kegiatan
pembelajaran siswa yang bersangkutan.
§
bahan pelajaran dan
kegiatan pembeljaran menjadi lebih penting bermakna bagi siswa jika berhubungan
dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan
masa depannya.
§
dalam proses belajar
mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Karena
itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus dipertimbangkan dalam segala
keputusan yang berkaitan dengan pengajaran.
§
dalam proses belajar
mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan
ketrampilan berbahasanya.
REFERENSI : Bahri syaeful dan Zain Aswan. 2006. “Strategi Belajar mengajar”.
Jakarta : Rineka Cipta
4.
Kedudukan Pemilihan
& Penentuan di Pengajaran
A. Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar
Salah satu usaha yang tidak pernah guru
tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah
satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar
mengajar. Di dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru tentu mempunyai cara
atau metodedalam kegiatan tersebut. Karena tidak ada satupun kegiatan
belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran.
Adapun kedudukan metode dalam
belajar mengajar yaitu:
§
Sebagai alat motivasi ekstrinsik, maksudnya
metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan
belajar seseorang. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat
dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah.
§
Sebagai strategi pengajaran, maksudnya
metode berfungsi sebagai strategi pengajaran agar anak didik dapat belajar
secara efektif sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Perbedaan daya serap
anak didik terhadap pelajaran memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metode
adalah salah satu solusinya. Menurut Roestiyah N.K., guru
harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan
efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Dan salah satu langkah untuk
memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasa
disebut metode mengajar.
§
Sebagai alat untuk mencapai tujuan, maksudnya
metode merupakan salah satu komponen yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau
dengan kata lain metode merupakan pelicin jalan pengajaran menuju tujuan.
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar
mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah ke mana kegiatan belajar
mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah
tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak digunakan.
B. Pemilihan Dan
Penentuan Metode
Metode mengajar yang diterapkan
guru dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah
melalui seleksi kesesuaian dengan perumusan intruksional khusus. Pemakaian
metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara
penggunaan metode yang lain juga digunakan untuk mencapai tujuan yang lain.
Begitulah adanya kesesuaian dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan.
Pemilihan dan penentuan
metode dapat dilihat dari beberapa sudut pandang diantaranya:
§ Nilai
metode strategi
§ Efektifitas penggunaan metode
§ Pentingnya pemilihan dan penentuan metode
C.
Metode Pembelajaran
Kontruktivisme
Metode Pembelajaran Kontruktivisme yaitu, blog Pembelajaran
akan share tentang Metode Pembelajaran Konstruktivisme. Bahwa di dalam
masing-masing tahap pembelajaran konstruktivisme pada postingan-postingan
sebelumnya, tentu saja terdapat berbagai metode.
D.
Metode Pembelajaran Behaviorisme
Aplikasi teori behavioristik dalam
kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan
pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada
teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap,
tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar
adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar.
Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur
pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan
dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan
oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan
memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa
yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
5.Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar adalah variasi cara
yang dimiliki seseorang untuk mengakumulasi serta mengasimilasi informasi. Pada
dasarnya, gaya belajar Anda adalah metode yang terbaik memungkinkan Anda dalam
mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan secara spesifik
Gaya belajar adalah kunci untuk
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah dan dalam situasi-situasi
antar pribadi. Ketika kita menyadari bagaimana diri ini dan orang lain menyerap
dan mengolah informasi, kita dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih
mudah dengan gaya sendiri.
Ada dua kategori utama tentang
bagaimana kita belajar yaitu:
1.
Modalisme adalah bagaimana kita
menyerap informasi dengan mudah
2.
Dominasi otak adalah cara dan
bagaimana kita mengatur dan mengolah informasi.
REFERENSI : Hamalik, Oemar. 1990.
Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
B.Jenis-Jenis Gaya Belajar
1. Gaya Belajar Visual (Visual
Learners)
Gaya belajar seperti ini
menjelaskan bahwa kita harus melihat dulu
buktinya untuk kemudian bisa
mempercayainya.
Ada beberapa karakteristik yang
khas bagi orang-orang yang menyukai
gaya belajar visual ini. Pertama,
kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran)
secara visual untuk mengetahuinya
atau memahaminya;
Ciri-ciri
gaya belajar visual :
1. Bicara agak
cepat
2.
Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
3. Tidak
mudah terganggu oleh keributan
4. Mengingat
yang dilihat, dari pada yang didengar
5. Lebih
suka membaca dari pada dibacakan
Strategi
untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1. Gunakan
materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan
warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak
untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan
multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak
untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar
2. Gaya Belajar Auditorial ( Auditorial
Learners )
Gaya belajar
auditory learners adalah gaya belajar yang mengandalkan
pada
pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model
belajar
seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama
menyerap
informasi atau pengetahuan.
Strategi
untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1. Ajak anak
untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas
maupun di
dalam keluarga.
2. Dorong
anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan
musik untuk mengajarkan anak.
3. Gaya
Belajar Kinestetik ( Tactual Learners )
Dalam gaya
belajar ini kita harus menyentuh sesuatu yang memberikan
informasi
tertentu agar kita bisa mengingatnya. Ada beberapa karakteristik model
belajar
seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Pertama adalah
menempatkan
tangan sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus
mengingatnya.
Kedua, hanya dengan memegang kita bisa menyerap informasinya
tanpa harus
membaca penjelasannya.
Strategi
untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1. Jangan
paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak
untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya
(contohnya:
ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek
sesungguhnya
untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan
anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan
warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan
anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
REFERENSI : Anitah sri. 2007. “
Strategi Pembelajaran ”. Jakarta : Universitas Terbuka
6.sumber
belajar da alat pelajaran
a.pengertian gaya belajar
umber
belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan
wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik
secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik
dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Menurut Yusufhadi Miarso adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang,
bahan, alat, teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun
terkombinasikan dapat
memungkinkan terjadinya belajar.
memungkinkan terjadinya belajar.
b.macam-macam sumber belajar
1.Menurut Sifat Dasarnya
a.Manusia (Human) Manusia sebagai
sumber belajar dibedakan menjadi: yang secara khusus dipersiapkan menjadi
sumber belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yaitu para guru atau
guru bantu dan ada juga mereka yang tidak dipersiapkan menjadi sumber belajar
tapi dapat diberdayakan seperti ahli bank, pengusaha, artis, ulama' para
pekerja dan sebagainya.
b.Non Manusia (Non-Human) Yang
termasuk sumber belajar non manusia yaitu pesan, teknik, lingkungan,
benda-benda material, ruang dan tempat, alat dan perabot, serta kegiatan.
2.Menurut Segi Pengembangannya
a.Direncanakan; Adalah sumber
belajar yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan pengajaran contoh: peta,
globe, peta timbul dan sebagainya.
b.Tidak direncanakan; Adalah
sumber belajar yang tidak dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan
pengajaran dan telah tersedia didalam maupun diluar lingkungan sekolah seperti:
museum, masjid, pasar, taman,dan lain-lain.
3.Berdasarkan Pendekatan
Teknologi Instruksional
a.Pesan; Adalah informasi/ ajaran
yang disampaikan oleh komponen sumber belajar lainnya, meliputi: ide-ide, fakta
dan lain-lain.
b.Orang; Adalah yang bertindak
sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, tutor,
siswa dan lain-lain
c.Bahan; Adalah perangkat lunak
yang dapat dijadikan penyampai pesan yang dapat disajikan kepada siswa melalui
penggunaan alat ataupun oleh diri sendiri, contoh: film stripe, radio cassette,
buku, dan lain-lain
d.Alat; Adalah perangkat keras
yang dipergunakan untuk menyampaikan yang tersimpan didalam bahan. Contoh: OHP,
pesawat radio, pesawat televise, LCD, dan lain-lain.
e.Teknik; Adalah prosedur atau
panduan serta acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang
serta lingkungan untuk penyampaian pesan. Contoh: cara belajar siswa aktif,
keterampilan proses, dan lain-lain.
f.Lingkungan; Adalah segala
sesuatu yang berada disekitar siswa atau sekolah baik yang berbentuk fisik
maupun non fisik. Contoh: gedung sekolah perpustakaan, penerangan, suasana
belajar, dan lain-lain.
Contoh-contoh sumber belajar
diklasifikasikan seperti tabel berikut: Tabel jenis sumber belajar
REFERENSI: Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta:
Bumi Aksara.
7.Keberhasilan belajar mengajar
A.pengertian keberhasilan
Sebelum masuk pada
pengertian keberhasilan belajar, maka peneliti terlebih dahulu akan membahas
tentang pengertian belajar. Konsep belajar menurut UNESCO, menuntu setiap
satuan pendidikan untuk dapat mengembangkan empat pilar pendidikan baik untuk
sekarang dan masa depan, yaitu: (1) learning to know (belajar
untuk mengetahui), (2)learning to do (belajar untuk melakukan
sesuatu) dalam hal ini peserta didik dituntut untuk terampil dalam melakukan
sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang),
dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani
kehidupan bersama).
B.indikator keberhasilan
2 Indikator Keberhasilan
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, diantaranya yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan
2. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
a. kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar,
b. keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf,
c. akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian,
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, diantaranya yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan
2. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
a. kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar,
b. keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf,
c. akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian,
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta
didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan
belajar tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan petunjuk
bahwa proses belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, diantaranya yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan
2. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
a. kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar,
b. keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf,
c. akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian,
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, diantaranya yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan
2. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
a. kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar,
b. keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf,
c. akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian,
C.Penilaian
Keberhasilan
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang Iingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:
1.Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa .Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau tarafkeberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang Iingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:
1.Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa .Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau tarafkeberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
D.tingkat keberhasilan
Tingkat Keberhasilan
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1.Istimewa/ maksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
2. Baik sekali/ optimal Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai olehsiswa.
3.Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.
4. Kurang Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru.
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1.Istimewa/ maksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
2. Baik sekali/ optimal Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai olehsiswa.
3.Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.
4. Kurang Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru.
E.Program
Perbaikan
Taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dimanfaatkan untuk berbagai upaya. Salah satunya adalah sehubungan dengan kelangsungan proses belajar mengajar itu sendiri yang antara lain adalah: Apakah proses belajar mengajar berikut pokok bahasan baru, mengulang seluruh pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau mengulang sebagian pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau bagaimana?
Jawaban terhadap pertanyaan terse but hendaknya didasarkan pada taraf atau tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang baru saja dilaksanakan.
1. Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai tarafkeberhasilan minimal, optimal, atau bahkan maksimal, maka proses belajar mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru.
2. Apabila 75% atau lebih dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial).
Pengukuran tentang taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar ini temyata berperan penting. Karena itu, pengukurannya harus betul-betul shahih (valid), andal (reliabel), dan lugas (objective). Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurannya disusun berdasarkan kaidah, aturan, hukum atau ketentuan penyusunan butir tes.
Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a.Mengulang pokok bahasan seluruhnya.
b.Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.
c. Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama.
d. Memberikan tugas-tugas khusus.
Taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dimanfaatkan untuk berbagai upaya. Salah satunya adalah sehubungan dengan kelangsungan proses belajar mengajar itu sendiri yang antara lain adalah: Apakah proses belajar mengajar berikut pokok bahasan baru, mengulang seluruh pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau mengulang sebagian pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau bagaimana?
Jawaban terhadap pertanyaan terse but hendaknya didasarkan pada taraf atau tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang baru saja dilaksanakan.
1. Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai tarafkeberhasilan minimal, optimal, atau bahkan maksimal, maka proses belajar mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru.
2. Apabila 75% atau lebih dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial).
Pengukuran tentang taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar ini temyata berperan penting. Karena itu, pengukurannya harus betul-betul shahih (valid), andal (reliabel), dan lugas (objective). Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurannya disusun berdasarkan kaidah, aturan, hukum atau ketentuan penyusunan butir tes.
Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a.Mengulang pokok bahasan seluruhnya.
b.Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.
c. Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama.
d. Memberikan tugas-tugas khusus.
f.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
Jika ada guru yang
mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam mengajar, adalah ungkapan
seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari kepribadian seorang guru.
Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam mengajar, apalagi jika guru itu
hadir ke dalam dunia pendidikan berdasarkan tuntutan hati nurani. Panggilan
jiwanya pasti merintih akan kegagalan mendidik dan membina peserta didiknya.
Betapa tingginya nilai suatu
keberhasilan, sampai-sampai seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran
mempersiapkan program pengajarannya denga baik dan sitematik. Namun, terkadang
keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemuinya, yang
disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika
keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai faktor itu yang menjadi
pendukungnya.
Secara sederhana faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari proses belajar mengajar berpangkal
tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama
halnya keberhasilan pengajaran.
b. Guru
Setiap guru mempunyai kepribadianmasing-masing sesuai dengan latar belakang
kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek
yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar
untuk mengantar peserya didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan
berkpribadian. Dari kepribadian itulah mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru
perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajar di kelas.
c. Peserta didik
Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap seorang anak, tetapi dalam jumlah
yang cukup banyak. Anak yang dalam jumlah cukup banyak itu tentu saja dari
latar belakang kehidupan sosial keluarga dan masyarakat yang berlainan
d. Kegiatan pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan
menghasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan
pendekatan individu, mislanya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk
individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan
pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial
e. Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang
sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan
pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak
didik. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna
kepentingan keberhasilan kegaiatan belajar mengajar di kelas.
f. Suasana evaluasi
Selain faktor tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pengajaran, serta bahan
dan alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga merupakan faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya
dilaksanakan di dalam kelas.
8.
Penggunaan Media Sumber Belajar
A. Pengertian Media
Media Komunikasi Adalah Suatu Alat Atau Sarana Yang Digunakan
Untuk Menyampaikan Pesan Dari Komunikator Kepada Khalayak..Komunikasi Dalam
Bahasa Inggris Communicationberasal Dari Kata Latin Communicatio Dan Berasal
Dari Kata Communis Yang Berarti Sama.
Pengertian Media Pembelajaran. Media
Pembelajaransecara Umum Adalah Alat Bantu Proses Belajar Mengajar. Segala Sesuatu
Yang Dapat Dipergunakan Untuk Merangsang Pikiran, Perasaan, Perhatian Dan
Kemampuan Atau Ketrampilan Pebelajar Sehingga Dapat Mendorong Terjadinya Prosesbelajar.
B. Media Sebagai Alat Bantu
Media Sebagai Alat Bantu Dalam Proses Belajar Mengajar
Adalah Suatu Kenyataan
Yang Tidak Dapat Dipungkiri. Karena
Memang Gurulah Yang Menghendakinya Untuk
Membantu Tugas
Guru Dalam Menyampaikan
Pesan-Pesan Dari Bahan
Pelajaran Yang
Diberikan Oleh Guru Kepada Anak Didik. Guru Sadar Bahwa
Tanpa Bantuan Media, Maka
Bahan Pelajaran Sukar Untuk Dicerna Dan Dipahami Oleh Setiap
Anak Didik, Terutama Bahan
Pelajaran Yang Rumit Atau Kompleks.
2. Dilihat Dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam :
A. Media Sederhana
Media Ini Bahan Dasarnya Mudah Diperoleh Dan Harganya Murah,
Cara Pembuatannya
Mudah, Dan Penggunaannya Tidak Sulit.
B. Media Kompleks
Media Ini Adalah
Media Yang Bahan Dan Alat Pembuatannya Sulit Diperoleh Serta Mahal
Harganya, Sulit Membuatnya,
Dan Penggunaannya Memerlukan
Keterampilan Yang
Memadai.
C. Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar Mengajar Adalah Suatu Proses Yang Mengolah Sejumlah
Nilai Untuk Dikonsumsi Oleh Setiap Anak Didik. Nilai-Nilai Itu Tidak Datang
Dengan Sendirinya, Tetapi Terambil Dari Berbagai Sumber. Sumber Belajar Yang
Sesungguhnya Banyak Sekali Terdapat Di Mana-Mana; Di Sekolah, Di Halaman, Di Pusat
Kota, Di Pedesaan, Dan Sebagainya. Udin Saripuddin Dan Winataputra (199: 65)
Mengelompokkan Sumber-Sumber Belajar Menjadi Lima Kategori, Yaitu Manusia, Buku
Perpustakaan, Media Massa, Alam Lingkungan, Dan Media Pendidikan. Karena Itu,
Sumber Belajar Adalah Segala Sesuatu Yang Dapat Dipergunakan Sebagai Tempat Di
Mana Bahan Pengajaran Terdapat Atau Asal Untuk Belajar Seseorang.
Media Pendidikan Sebagai Salah Satu Sumber Belajar Ikut Membantu Guru Memperkaya Wawasan Anak Didik. Aneka Macam Bentuk Dan Jenis Media Pendidikan Yang Digunakan Oleh Guru Menjadi Sumber Ilmu Pengetahuan Bagi Anak Didik. Dalam Menerangkan Suatu Benda, Guru Dapat Membawa Bendanya Secara Langsung Ke Hadapan Anak Didik Di Kelas. Dengan Menghadirkan Bendanya Seiring Dengan Penjelasan Mengenai Benda Itu, Maka Benda Itu Dijadikan Sebagai Sumber Belajar.
Media Pendidikan Sebagai Salah Satu Sumber Belajar Ikut Membantu Guru Memperkaya Wawasan Anak Didik. Aneka Macam Bentuk Dan Jenis Media Pendidikan Yang Digunakan Oleh Guru Menjadi Sumber Ilmu Pengetahuan Bagi Anak Didik. Dalam Menerangkan Suatu Benda, Guru Dapat Membawa Bendanya Secara Langsung Ke Hadapan Anak Didik Di Kelas. Dengan Menghadirkan Bendanya Seiring Dengan Penjelasan Mengenai Benda Itu, Maka Benda Itu Dijadikan Sebagai Sumber Belajar.
4. Macam Macam Media
Media yang telah
dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari
itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan
serta cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada pembahasan berikut.
1. Dilihat dari Jenisnya, Media Dibagi ke Dalam:
a. Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gam bar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
c. Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:
1. Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara.
2. Audiovisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.
1. Pembagian lain dari media ini adalah:
a) Audiovisual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti film video-cassette, dan
b) Audiovisual Tidak Murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.
2. Dilihat dari Daya Liputnya, Media Dibagi Dalam:
a) Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
Contoh: radio dan televisi.
b) Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
c) Media untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
3. Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam:
a. Media Sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b. Media Kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.
Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di atas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media yang mana yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya dipakai.
1. Dilihat dari Jenisnya, Media Dibagi ke Dalam:
a. Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gam bar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
c. Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:
1. Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara.
2. Audiovisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video cassette.
1. Pembagian lain dari media ini adalah:
a) Audiovisual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti film video-cassette, dan
b) Audiovisual Tidak Murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.
2. Dilihat dari Daya Liputnya, Media Dibagi Dalam:
a) Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
Contoh: radio dan televisi.
b) Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
c) Media untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.
3. Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam:
a. Media Sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b. Media Kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.
Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di atas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media yang mana yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya dipakai.
5. Prinsip-prinsip
Pemilihan dan Penggunaan Media
Sebagaimana telah disinggung di
depan, bahwa setiap media pengajaran memiliki keampuhan masing-masing, maka
diharapkan kepada guru agar menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pada
saat suatu kali pertemuan. Hal ini dimaksudkan jangan sampai penggunaan media
menjadi penghalang proses belajar mengajar yang akan guru lakukan di kelas.
Harapan yang besar tentu saja agar media menjadi alat bantu yang dapat
mempercepat/mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.
Ketika suatu media akan dipilih,
ketika suatu media akan dipergunakan, ketika itulah beberapa prinsip perlu guru
perhatikan dan dipertimbangkan.
Drs. Sudirman N. (1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:
1. Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yangjelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat umum, ataukah untuk sekadar hiburan saja mengisi waktu kosong? Lebih spesifik lagi, apakah untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak TK, SD, SMP, SMU, tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan, ataukah masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai media.
2. Karakteristik Media Pengajaran
Drs. Sudirman N. (1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:
1. Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yangjelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat umum, ataukah untuk sekadar hiburan saja mengisi waktu kosong? Lebih spesifik lagi, apakah untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak TK, SD, SMP, SMU, tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan, ataukah masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai media.
2. Karakteristik Media Pengajaran
Setiap media mempunyai
karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya,
maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran
merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan
pemilihan media pengajaran. Di samping itu, memberikan "kemungkinan pada
guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi.
Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut guru akan
dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.
3. Alternatif Pilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan apa adanya
3. Alternatif Pilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan apa adanya
Nomor
8 Referensi : Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta, Jakarta,
Cet.IV. 2010
9.
Teknik Teknik Mendapatkan Umpan Balik
a. Memancing Apersepsi Anak Didik
Sebelum saya membahas masalah
bagaimana cara memancing apersepsi anak didik, saya akan membahas masalah
peranan guru, Peranan guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus
dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Surya, 1997: 108).
Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, di dalam keluarga, dan
di dalam masyarakat.
Disekolah guru berperan sebagai
perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran
siswa. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang
dewasa, sebagai pengajar dan pendidik , yakni sebagai guru. Berdasarkan
kedudukannya sebagai guru, ia harus menunjukkan perilaku yang layak (bisa
dijadikan teladan oleh siswanya). Tuntutan masyarakat khususunya siswa dari
guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi daripada yang
dituntut dari orang dewasa lainnya. (Tohirin, 2005: 152).
Pengajar perlu mengetahui sejauh
mana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh murid, karena dari
sinilah tergantung apakah ia dapat melanjutkan pelajaran atau kuliahnya dengan
bahan berikutnya. Bilamana murid belum mengerti bagian-bagian tertentu,
pengajar haurs mengulangi lagi penjelasannya. Pada umumnya murid juga tidak
tahu sejauh mana bahan yang diterangkan dapat mereka fahami. Hal ini kiranya
dapat dimaklumi, karena mereka tidak mempunyai waktu untuk memikirkan
pengetahuan yang baru saja mereka peroleh. Maka dari itu pengajar harus sedikit
memaksa sehingga murid dapat mengerti betul-betul bahan yang diterangkan.
Bagaimana hal tersebut dapat dilakukan? Ada berbagai cara untuk itu. Cara
paling sederhana adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan selama atau pada akhir
jam pelajaan. Dengan cara itu pengajar akan menemukan apa saja yang belum
tersampaikan secara jelas.
Segala hal yang ternyata belum
dimengerti secara jelas oleh pihak murid. Hendaknya dicatat dan diulangi
lagi pada kesempatan berikutnya. Cara lain yang lebih baik dan akan memberi
keterangan lebih pasti adalah mengadakan ujian singkat. Serupa dengan yang
disebut kwis, di akhir jam pelajaran. Dengan ujian singkat itu murid dipaksa
menuliskan. Sejauh mana bahan yang telah diterangkan dapat mereka mengerti.
Sering kali cara demikian tidak mungkin terlaksana, karena memerlukan waktu
cukup banyak. Namun kadang kala cara tersebut dapat sangat bermanfaat, karena
itu salah satu cara memancing apersepasi anak didik.
Umpan balik tidak sama dengan
penilaian. Umpan balik hanya dimaksudkan untuk mencari informasi sampai dimana
murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu murid atau mahasisiwa juga
diberi kesempatan untuk memeriksa diri sampai di mana mereka mengerti bahan
tersebut. Sehingga mereka dapat melengkapi pengertian-pengertian yang belum
lengkap.
Itulah tadi bentuk-bentuk umpan
balik yang dimaksudkan untuk melihat. Sejauh mana suatu penjelasan dapat
tersampaikan secara baik. Dan dari sini kiranya saya telah mengetahui bahwa ada
berbagai macam bentuk umpan balik. Pilihan tentu saja paling tergantung pada
pengajar yang bersangkutan sendiri. Hal yang paling penting adalah sejauh mana
uraian yang diberikan dapat diterima secara jelas oleh murid. Pada umumnya
pengajar kurang memikirkan perlunya mengadakan umpan balik seperti itu. Setelah
seluruh kursus atau seluruh rangkaian pelajaran selesai diberikan. Terlihat
pada waktu ujian bahwa murid belum mengerti secara baik bahan yang diajarkan.
Dan itu berarti suatu keterlambatan. Sebaliknya, bilamana pengajar menyadari
pentingnya umpan balik. Maka pengajaran yang ia berikan akan menjadi lebih
efektif.
b.
memanfaatkan teknik alat bantu yang akseptable
Ada beberapa macam alat Bantu
yang dapat diterima oleh siswa, agar mereka mudah memahami pelajaran
diantaranya adalah:
Audio-Visual
Cara ini menyajikan contoh situasi nyata atau contoh
situasi buatan dalam sajian tayangan hidup (film). Tentu saja, cara ini lebih
mudah menjadi pengalaman belajar kalau sajian tayangan mengandung unsur cerita
yang berkaitan dengan pengalaman dan imajinasi siswa. Pencapaian kompetensi
tentang sikap/attitude seperti pada mata pengajaran Kewarganegaraan dan
Pendidikan Agama, akan sangat membantu kalau dikemas dalam suatu cerita
tayangan hidup yang menyentuh dimensi emosi dan perasaan. Alat audio visual
dapat membantu anak-anak belajar dengan menyajikan dalam bentuk yang kongkrit.
Film, film strip, model-model, dan lain memepermudah pengertian tentang konsep
dan proses tertentu. Pengalaman belajar berupa eksperimen dalam laboratorium
bermanfaat sekali untuk memahami ide atau pengartian yang sulit. (Brooks, J.G. & Brooks, M.G.
1993: 9)
Tak semua murid sanggup belajar dengan cara verbal yang
abstrak. Alat audio-visual diperlukan untuk membantu mereka. Akan tetapi tak
semua bahan harus disampaikan secara kongkrit. Kebanyakan pelajar dapat dan
harus disampaikan secara verbal akan tetapi untuk bagian-bagian tertentu alat
audio-visual atau alat intruksional pada umumnya sangat berguna untuk
mempermudah dan memepercepat pemahaman bagi murid-murid tertentu.apa yang
dikemukakan diatas merupakan usaha uantuk mempertinggi mutu mengajar agar
murid-murid dapat memahami apa yang diajarkan tanpa komunikasi yang baik antara
guru dan murid proses mengajar-belajar tidak akan berjalan dengan efektif.
Sekalipun terdapat komunikasi yang baik masih dapat
diharapkan bahwa selalu terdapat kekurang pahaman. Itu sebabnya perlu adanya
evaluasi untuk membantu menemukan kekurangan atau kesalahan murid yang
dinginkan sebagai “Feedbeck” atau umpan balik agar dapat membantu tiap anak
secara individual untuk mengatasi kesulitan belajar dan memahami dengan mencari
jalan-jalan lain yang lebih sesuai bagi mereka, tersedia berbagai lat
intruksional membuka jalan bagi guru untuk mencari metode-metode lain untuk
membantu murid-muridnya.
Dengan demikian guru maupun murid tak perlu lekas putus
asa atau jengkel bila dengan metode tertentu tidak tercapai keberhasilan yang
harapkan dan jika tidak berhasil menurut cara tertentu masih banyak
bagian-bagian lain yang tersedia, bahkan dapat di cari cara-cara baru. Membantu
murid bearti memberikan kesanggupan menolong diri sendirir mengatsasi
kesuliatannya sendiri serta kemampuan untuk belajar sendiri. Karena itu guru
senantiasa membantu murid untuk mengenal proses belajar, cara belajar atau
belajar-belajar yang membawanya kepada penguasaan bahan sampai taraf yang
setinggi-tingginya. Dengan demikian perkembangan akan menjadi “self propelling
growt” yaitu berkembang atas dorongan dan kemauan sendiri yang kita harapkan
akan berlangsung sepanjang hidup. (Nazulia, 1982: 43)
Visualisasi Verbal
Cara
ini banyak berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku sumber, ensiklopedia,
lembar kegiatan/lembar kerja, carta, grafik, table. Pada beberapa buku biasanya
tidak hanya menyajikan uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam
ilustrasi (gambar). Dengan demikian, siswa yang memiliki daya abstraksi lemah
dapat terbantu dengan keberadaan ilustrasi/gambar tersebut.
Audio Verbal
Guru terbiasa
menggunakan cara audio-verbal dalam bentuk ceramah. Pada keadaan ini, siswa
senantiasa diam-pasif sambil mendengarkan penjelasan guru. Kekurangan atau
kelemahan cara ini adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk menyamakan
informasi yang diceramahkan guru dengan pengetahuan awal siswa. Kalau keadaan
ini berkelanjutan, peristiwa belajar cenderung tidak berlangsung. Untuk
mengatasinya, guru harus mengurangi cara ini, atau kalau terpaksa perlu
berceramah cukup antara 20 – 25 menit saja dan diselingi dengan kegiatan yang
mendorong Lihat – Raba – Bau – Rasa. Materi yang diceramahkan pun perlu
kontekstual dengan pengalaman sebagian besar siswa. ( Harlen, W. 1987: 12)
Buku pelajaran, tak semua sama baiknya, hendaknya ada
beberapa buku yang harus dimiliki dalam satu pelajaran karena dalam buku yang
satu mungkin lebih jelas dan mudah dipahami dalam buku yang lain. Buku
kerja, di samping buku pelajaran ada buku kerja untuk membantu murid mengenang
dan mengelolah buah pikiran pokok dari buku pelajaran. Media cetak,
seperti buku, modul dan lain-lain. (Nazulia, 1982: 45)
Referensi
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta
: Quantum Teaching, 2005, h. 56
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan
Belajar. Bandung: Tarsito
kup antara 20 – 25 menit saja dan diselingi dengan kegiatan yang
mendorong Lihat – Raba – Bau – Rasa. Materi yang diceramahkan pun perlu
kontekstual dengan pengalaman sebagian besar siswa. ( Harlen, W. 1987: 12)
Buku pelajaran, tak semua sama baiknya, hendaknya ada
beberapa buku yang harus dimiliki dalam satu pelajaran karena dalam buku yang
satu mungkin lebih jelas dan mudah dipahami dalam buku yang lain. Buku
kerja, di samping buku pelajaran ada buku kerja untuk membantu murid mengenang
dan mengelolah buah pikiran pokok dari buku pelajaran. Media cetak,
seperti buku, modul dan lain-lain. (Nazulia, 1982: 45)
Referensi
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara.
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta
: Quantum Teaching, 2005, h. 56
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan
Belajar. Bandung: Tarsito
Komentar
Posting Komentar