Langsung ke konten utama

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR (SBM) PENDIDIKAN JASMANI SEMESTER 3 UNSYIAH


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat merampungkan makalah bertajuk “
Strategi Belajar Mengajar” yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Strategi Pembelajaran”. Adapun maksud dan tujuan pembuatan dari makalah ini, untuk membantu para mahasiswa, khususnya yang sedang belajar Strategi Pembelajaranguna memahami definisi keberhasilan sebuah pembelajaran dalam berbagai indikator, penilaian, tingkat, dan program perbaikan sebuah strategi, serta mengetahui berbagai macam faktor yang memepengaruhi proses belajar mengajar.
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa tidak ada kesempurnaan dalam segala hal, termasuk makalah ini. Atas dasar tersebut penulis sangat menerima kritik dan saran membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya bila diperlukan. Ucapan terimakasih secara khusus penulis haturkan kepada tim penulis, yang telah bekerja sama dalam proses pembuatan makalah ini, dan teman-teman lainnya yang juga memberikan informasi lebih lanjut mengenai strategi belajar mengajar













PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
            Metode adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode.
            Dalam hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu metode. Karenanya metode mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolong-golongkannya. Lebih sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang “kurang baik” di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan guru yang lain dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya.
            Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
            Belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul dari pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi, dan untuk selamanya. Untuk itu berikut ini akan dibahas beberapa metode yang dimungkinkan dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan seperti metode ceramah, metode diskusi, metode kelompok dan metode campuran.













Manfaat Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
  Dalam rangka pengembangan bervariasi megajar yang dilakukan guru atau calon guru.
§     Dapat memilih strategi yang tepart sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
§     Untuk memperluas ckrawala guru atau calon guru dalam proses belajar mengajar.

Diskripsi Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Tujuan Pembelajaran

Strategi Perkuliahan
Materi Perkuliahan
1. Konsep Strategi Belajar Mengajar(SBM)
Pengertian SBM
Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Menurut (Gerlach dan Ely)
Strategi belajar mengajar adalah suatu cara seorang guru untuk menyampaikan materi pelajaran dengan kegiatan yang memberikan pengalaman kepada siswa supaya lebih mudah untuk menerima pelajaran yang betujuan merubah peserta didik.
Referensi:
A.                Klasifikasi SBM
Klasifikasi strategi pembelajaran adalah pengelompokan strategi pembelajaran berdasarkan segi-segi yang sejenis yang terdapat dalam setiap strategi pembelajaran.  Strategi dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: strategi pembelajaran langsung (direct instruction), tak langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri, melalui pengalaman (experimental).
Referensi :

§     Strategi Pembelajaran Langsung.
       Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
       Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan, sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain.
§     Strategi Pembelajaran Tak Langsung
       Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan dari strategi ini antara lain:
a. Mendorong ketertarikan dan keingintahuan peserta didik,
b. Menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah,
c. Mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan yang lain,
d. Pemahaman yang lebih baik,
e. Mengekspresikan pemahaman.
Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome sulit diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.
Strategi Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan.
Kelebihan strategi ini antara lain:
a. Peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan,
b. Mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional.
Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.
Strategi Pembelajaran Empirik (Experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif.
Kelebihan dari startegi ini antara lain:
a.Meningkatkan partisipasi peserta didik, 
b.Meningkatkan sifat kritis peserta didik,
c.Meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain.
Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal, dan memerlukan waktu yang panjang.
Strategi Pembelajaran Mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk
membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya
adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok
Implementasi Belajar Mengajar
Salah faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah job discrimination proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. Sehubungan dengan hal ini, job discrimination guru dalam implementasi proses belajar mengajar adalah:
1.Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar
2.Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar mengajar
3.Menggerakkan anak didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar siswa
4.Supervisi dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah didesain sebelumnya
REFERENSI: Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito

2. Hakikat, Ciri dan komponen Belajar Mengajar
A.                Hakekat Belajar Mengajar
Pada hakikatnya, belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar, misalnya perubahan fisik dan lain – lain.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan minat belajar dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jika hakikat belajar adalah perubahan, maka pada hakikanya belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru.

B.                                Ciri – ciri Beajar Mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri – ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi adalah sebagai berikut :
§     Belajar mengajar memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.
§     Terdapat suatu prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
§     Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
§     Ditandai dengan aktivitas anak didik.
§     Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
§     Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan kedisiplinan.
§     Adanya batas waktunya.
§     Adanya evaluasi pada tahap akhir.

Sebagai suatu sistem, kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen sebagai berikut :
§     Tujuan
                    Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita –cita yang bernilai normatif. Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Tujuan tersebut mempunyai jenjang dari yang luas dan umum sampai pada yang sempit dan khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dan tujuan yang berada di bawah akan menunjang tujuan di atasnya.
§     Bahan Pelajaran
                    Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran. Karena bahan adalah salah satu inti dalam proses belajar mengajar yang akan disampaikan kepada anak didik.
§     Kegiatan Belajar Mengajar
                    Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan, karena akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Segala sesuatu yang diprogramkan akan dilaksanakan dan akan melibatkan semua komponen pengajaran. Kegiatan belajar mengajar yang baik ditentukan dari baik atau tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan pula, karena akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai.
§     Metode
                    Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, penggunaan metode bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed., Mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode, yaitu :
Ø    Tujuan yang berbagai – bagai jenis dan fungsinya.
Ø    Anak didik yang berbagai – bagai tingkat kematangannya.
Ø    Situasi yang berbagai – bagai keadaannya.
Ø    Fasilitas yang berbagai – bagai kualitas dan kuantitasnya.
Ø    Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda – beda.
§        Alat
                    Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang berfungsi sebagai perlengkapan, sebagai alat bantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ala dan alat bantu. Alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan lain – lain. Sedangkan alat bantu adalah berupa globe, papan tulis, kapur, dan lain – lain.
§     Sumber Pelajaran
                    Dalam mengemukakan sumber – sumber belajar ini, para ahli sepakat bahwa segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
§     Evaluasi
                    Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentuka nilai dari sesuatu. Menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N Sumartana, evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan. Menurut Ny. Drs. Roestiyah N.K, evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas – luasnya, sedalam – dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar siswa.
                    Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai barikut :
Ø        Untuk memberikan umpan balik kepaa guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
Ø     Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap siswa.
Ø     Untuk menentukan situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

3.                     Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar
                    Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana , bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam penagajaran.
Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat membantu dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
A.                Pendekatan Individual
                    Dalam kegiatan belajar mengajar seurang guru sering melihat peserta didiknya belajar dengan gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam, cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap, tingkat kecerdasan dan sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik memponyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya.
Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa setrategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau masteri learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak akan pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individualdapat diharapkan kepada anak didik denagan tingkat penguasaan optimal.
                    Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengolahan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual ini, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajr anak lebih muda dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupunsuatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
B.                 Pendekatan Kelompok
                    Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina  dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
                    Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
                    Anak didk dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan. Tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
                    Ketika guru akan menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa ahl itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn diberiakan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memnpertimbangkan hah-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
                    Dalam pengolahan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan . Perbedaan individual anak didik, pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.
C.                   Pendekatan Bervariasi
                    Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak ddidik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau dua orang ank tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara (berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.
                    Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai ada tandanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi kurang efektif, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu. Disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebsnysksn guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
                    Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasiteknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi inisebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan penagajaran.
D.                Pendekatan Edukatif
                    Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.
                    Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hukumdengan cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sankst hukum yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
                    Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok sejenisnya. Contoh diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang di lakukan telah oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan tujuan untuk mwmbina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.
                    Kasuistis yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan tigkat kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat.  Berbagai kasus yang terjadi selain dapat di ndekati dengan pendekatan individual, pendekatan kelompok, dan juga pendekatan kelompok. Namun yang penting untuk di ingat adalah bahwa pendekatan individual harus bedampingan dengan pendekatan edukatif. Pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian, semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif, denagn tujuan mendidik.
E.                 Pendekatan Pengalaman
                    Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang baik. Pengalaman adalah guru yang bisu yang tak pernah marah. Pengalaman adalah guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga. Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman dapat bersifat mendidik (educative experience). Karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak membawa anak kearah tujuan pendidikan, akan tetapi menyelewengkan dari tujuan itu, misalnya “mendidik anak menjadi pencopet”. Karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak, kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan menambah integrasi anak.        
F.                 Pendekatan Emosional
                    Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri seseoarang. Emosi yang berhungan dengan masalah perasaan. Semua orang mempunyai perasaan baik perasaan jasmaniah maupun rohaniah.
                    Perasaan bagi manusia pada umumnya adalah dapat menyesuaikan diri denagn keadaan alam sekitar. Orang yang emosional adalah orang yang mudah tergugah perasaannya. Misalnya, menonton film adegan sedih, seseorang akan menangis atau sedih.
                    Emosional atau perasaan adalah suatu yang peka. Emosi akan memberi tanggapan (respons) bila ada rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang . baik rangsangan verbal maupun nonverbal. Rangsangan verbal itu misalnya ceramah, cerita, sindiran, pujian, ejekan, berita, peritah dan sebagainya. Sedangkan rangsangan nonverbal dalam bentuk perilaku berupa sikap dan perbuatan.
Emosi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kepribadian seseorang. Itulah sebabnya pendekatan emosinal yang berdasarkan emosi atau perasaan yang dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran. Dengan pendekatan ini diusahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT dan kebenaran ajaran agamanya.
G.                Pendekatan Rasional
                    Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT yang sempurna. Yang berbeda dengan makhluk lainnya. Perbedaannya pada akal. Manusia mempunyai akal sedangkan mahluk lainnya seperti hewan tidak menpunyai akal.
                    Manusia bisa membedakan mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan makhluk lainnya seperti binatang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Walaupun keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan tetapi bahwa akal itu dapat dicapai ketinggian ilmu pengetahuan.
Akal atau rasio memang mempunyai potensi untuk menaklukan dunia. Sebaiknya akal dijadikan alat untuk membuktikan kebenaran ajaran-ajaran agama.agar keyakinan yang dianut bertambah kokoh, Keampuhan akal rasio dijadikan pendekatan yang disebut pendekatan rasional .
H.                Pendekatan Fungsional
                    Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak disekolah bukan hanya sekedar pengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Anak dapat merasakan manfaat dari ilmu yang didapatnya disekolah.anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu untuk kepentingan hidupnya.maka nilai ilmu sudah fungsional didalam diri anak.
                    Pendekatan fungsional yang diterapkan disekolah diharapkan dapat menjambatani harapan tersebut.guna untuk memperlicin kearah yang sama.
                    Dalam hal ini ada beberapa metode mengajar, antar lain adalah metode latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab, dan sebagainya
I.                   Pendekatan Keagamaan
                    Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran.dalam prateknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran.khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
                    Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.
J.                   Pendekatan Kebermaknaan
                    Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa inggris bahasa asing yang pertama di indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan.kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa salah satu sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Ada beberapa konsep penting  yang  menyadari pendekatan ini sebagai berikut :
§     Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur ( tata bahasa dan kosa kata).
§     makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natura.
§     makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan maupun tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada situasi saat kalimat digunakan.
§     belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut, sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa sasaran.
§     motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang bersangkutan.
§     bahan pelajaran dan kegiatan pembeljaran menjadi lebih penting bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya.
§     dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang berkaitan dengan pengajaran.
§     dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.
REFERENSI : Bahri syaeful dan Zain Aswan. 2006. “Strategi Belajar mengajar”. Jakarta : Rineka Cipta
4.                     Kedudukan Pemilihan & Penentuan di Pengajaran
A.    Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Di dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru tentu mempunyai cara atau metodedalam kegiatan tersebut. Karena tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran.
Adapun kedudukan metode dalam belajar mengajar yaitu:
§     Sebagai alat motivasi ekstrinsik, maksudnya metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
§     Sebagai strategi pengajaranmaksudnya metode berfungsi sebagai strategi pengajaran agar anak didik dapat belajar secara efektif sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Perbedaan daya serap anak didik terhadap pelajaran memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metode adalah salah satu solusinya. Menurut Roestiyah  N.K., guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Dan salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasa disebut metode mengajar.
§     Sebagai alat untuk mencapai tujuan, maksudnya metode merupakan salah satu komponen yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau dengan kata lain metode merupakan pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah ke mana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak digunakan.     
   
B.     Pemilihan Dan Penentuan Metode 
Metode mengajar yang diterapkan guru dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi kesesuaian dengan perumusan intruksional khusus. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain juga digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah adanya kesesuaian dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Pemilihan dan penentuan metode dapat dilihat dari beberapa sudut pandang diantaranya:
§     Nilai metode strategi
§     Efektifitas penggunaan metode
§     Pentingnya pemilihan dan penentuan metode

C.                Metode Pembelajaran Kontruktivisme
Metode Pembelajaran Kontruktivisme yaitu, blog Pembelajaran akan share tentang Metode Pembelajaran Konstruktivisme. Bahwa di dalam masing-masing tahap pembelajaran konstruktivisme pada postingan-postingan sebelumnya, tentu saja terdapat berbagai metode. 

D.    Metode Pembelajaran Behaviorisme
            Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
5.Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar adalah variasi cara yang dimiliki seseorang untuk mengakumulasi serta mengasimilasi informasi. Pada dasarnya, gaya belajar Anda adalah metode yang terbaik memungkinkan Anda dalam mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan secara spesifik
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika kita menyadari bagaimana diri ini dan orang lain menyerap dan mengolah informasi, kita dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya sendiri.
Ada dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar yaitu:
1.                  Modalisme adalah bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah
2.                  Dominasi otak adalah cara dan bagaimana kita mengatur dan mengolah informasi.
REFERENSI : Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
B.Jenis-Jenis Gaya Belajar
1. Gaya Belajar Visual (Visual Learners)
Gaya belajar seperti ini menjelaskan bahwa kita harus melihat dulu
buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya.
Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai
gaya belajar visual ini. Pertama, kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran)
secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya;
Ciri-ciri gaya belajar visual :
1. Bicara agak cepat
2. Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
3. Tidak mudah terganggu oleh keributan
4. Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
5. Lebih suka membaca dari pada dibacakan
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar
2. Gaya Belajar Auditorial ( Auditorial Learners )
Gaya belajar auditory learners adalah gaya belajar yang mengandalkan
pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model
belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama
menyerap informasi atau pengetahuan.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas
maupun di dalam keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
3. Gaya Belajar Kinestetik ( Tactual Learners )
Dalam gaya belajar ini kita harus menyentuh sesuatu yang memberikan
informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Ada beberapa karakteristik model
belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Pertama adalah
menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus
mengingatnya. Kedua, hanya dengan memegang kita bisa menyerap informasinya
tanpa harus membaca penjelasannya.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya
(contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek
sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
REFERENSI : Anitah sri. 2007. “ Strategi Pembelajaran ”. Jakarta : Universitas Terbuka
6.sumber belajar da alat pelajaran
a.pengertian gaya belajar
umber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Menurut Yusufhadi Miarso adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun terkombinasikan dapat
memungkinkan terjadinya belajar.
b.macam-macam sumber belajar
1.Menurut Sifat Dasarnya
a.Manusia (Human) Manusia sebagai sumber belajar dibedakan menjadi: yang secara khusus dipersiapkan menjadi sumber belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yaitu para guru atau guru bantu dan ada juga mereka yang tidak dipersiapkan menjadi sumber belajar tapi dapat diberdayakan seperti ahli bank, pengusaha, artis, ulama' para pekerja dan sebagainya.
b.Non Manusia (Non-Human) Yang termasuk sumber belajar non manusia yaitu pesan, teknik, lingkungan, benda-benda material, ruang dan tempat, alat dan perabot, serta kegiatan.
2.Menurut Segi Pengembangannya
a.Direncanakan; Adalah sumber belajar yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan pengajaran contoh: peta, globe, peta timbul dan sebagainya.
b.Tidak direncanakan; Adalah sumber belajar yang tidak dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan pengajaran dan telah tersedia didalam maupun diluar lingkungan sekolah seperti: museum, masjid, pasar, taman,dan lain-lain.
3.Berdasarkan Pendekatan Teknologi Instruksional
a.Pesan; Adalah informasi/ ajaran yang disampaikan oleh komponen sumber belajar lainnya, meliputi: ide-ide, fakta dan lain-lain. 
b.Orang; Adalah yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, tutor, siswa dan lain-lain 
c.Bahan; Adalah perangkat lunak yang dapat dijadikan penyampai pesan yang dapat disajikan kepada siswa melalui penggunaan alat ataupun oleh diri sendiri, contoh: film stripe, radio cassette, buku, dan lain-lain
d.Alat; Adalah perangkat keras yang dipergunakan untuk menyampaikan yang tersimpan didalam bahan. Contoh: OHP, pesawat radio, pesawat televise, LCD, dan lain-lain.
e.Teknik; Adalah prosedur atau panduan serta acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang serta lingkungan untuk penyampaian pesan. Contoh: cara belajar siswa aktif, keterampilan proses, dan lain-lain.
f.Lingkungan; Adalah segala sesuatu yang berada disekitar siswa atau sekolah baik yang berbentuk fisik maupun non fisik. Contoh: gedung sekolah perpustakaan, penerangan, suasana belajar, dan lain-lain.
Contoh-contoh sumber belajar diklasifikasikan seperti tabel berikut: Tabel jenis sumber belajar
REFERENSI: Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.
7.Keberhasilan belajar mengajar
A.pengertian keberhasilan
Sebelum masuk pada pengertian keberhasilan belajar, maka peneliti terlebih dahulu akan membahas tentang pengertian belajar. Konsep belajar menurut UNESCO, menuntu setiap satuan pendidikan untuk dapat mengembangkan empat pilar pendidikan baik untuk sekarang dan masa depan, yaitu: (1) learning to know (belajar untuk mengetahui), (2)learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini peserta didik dituntut untuk terampil dalam melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
B.indikator keberhasilan
2 Indikator Keberhasilan
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, diantaranya yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan
2. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
a. kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar,
b. keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf,
c. akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian,
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, diantaranya yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan
2. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
a. kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar,
b. keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf,
c. akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian,
C.Penilaian Keberhasilan
            Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang Iingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:
1.Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa .Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau tarafkeberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
D.tingkat keberhasilan
Tingkat Keberhasilan
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1.Istimewa/ maksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
2. Baik sekali/ optimal Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai olehsiswa.
3.Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.
4. Kurang Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru.

E.Program Perbaikan
            Taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dimanfaatkan untuk berbagai upaya. Salah satunya adalah sehubungan dengan kelangsungan proses belajar mengajar itu sendiri yang antara lain adalah: Apakah proses belajar mengajar berikut pokok bahasan baru, mengulang seluruh pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau mengulang sebagian pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau bagaimana?
Jawaban terhadap pertanyaan terse but hendaknya didasarkan pada taraf atau tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang baru saja dilaksanakan.
1. Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai tarafkeberhasilan minimal, optimal, atau bahkan maksimal, maka proses belajar mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru.
2. Apabila 75% atau lebih dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial).
Pengukuran tentang taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar ini temyata berperan penting. Karena itu, pengukurannya harus betul-betul shahih (valid), andal (reliabel), dan lugas (objective). Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurannya disusun berdasarkan kaidah, aturan, hukum atau ketentuan penyusunan butir tes.
Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a.Mengulang pokok bahasan seluruhnya.
b.Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.
c. Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama.
d. Memberikan tugas-tugas khusus.

f.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
            Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam mengajar, adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari kepribadian seorang guru. Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam mengajar, apalagi jika guru itu hadir ke dalam dunia pendidikan berdasarkan tuntutan hati nurani. Panggilan jiwanya pasti merintih akan kegagalan mendidik dan membina peserta didiknya.
Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya denga baik dan sitematik. Namun, terkadang keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemuinya, yang disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai faktor itu yang menjadi pendukungnya.
Secara sederhana faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.
b. Guru
Setiap guru mempunyai kepribadianmasing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar untuk mengantar peserya didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkpribadian. Dari kepribadian itulah mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajar di kelas.
c. Peserta didik
Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap seorang anak, tetapi dalam jumlah yang cukup banyak. Anak yang dalam jumlah cukup banyak itu tentu saja dari latar belakang kehidupan sosial keluarga dan masyarakat yang berlainan
d. Kegiatan pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan menghasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan pendekatan individu, mislanya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial
e. Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan keberhasilan kegaiatan belajar mengajar di kelas.
f. Suasana evaluasi
Selain faktor tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pengajaran, serta bahan dan alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas.

8. Penggunaan Media Sumber Belajar
A. Pengertian Media
Media Komunikasi Adalah Suatu Alat Atau Sarana Yang Digunakan Untuk Menyampaikan Pesan Dari Komunikator Kepada Khalayak..Komunikasi Dalam Bahasa Inggris Communicationberasal Dari Kata Latin Communicatio Dan Berasal Dari Kata Communis Yang Berarti Sama.
Pengertian Media PembelajaranMedia Pembelajaransecara Umum Adalah Alat Bantu Proses Belajar Mengajar. Segala Sesuatu Yang Dapat Dipergunakan Untuk Merangsang Pikiran, Perasaan, Perhatian Dan Kemampuan Atau Ketrampilan Pebelajar Sehingga Dapat Mendorong Terjadinya Prosesbelajar.
B. Media Sebagai Alat Bantu
Media Sebagai Alat Bantu Dalam Proses Belajar Mengajar Adalah Suatu Kenyataan
Yang   Tidak  Dapat Dipungkiri.   Karena   Memang   Gurulah  Yang Menghendakinya Untuk
Membantu Tugas  Guru  Dalam  Menyampaikan  Pesan-Pesan  Dari  Bahan  Pelajaran  Yang
Diberikan Oleh Guru Kepada Anak Didik. Guru Sadar Bahwa Tanpa Bantuan Media, Maka
Bahan Pelajaran Sukar Untuk Dicerna Dan Dipahami Oleh Setiap Anak Didik, Terutama Bahan
Pelajaran Yang Rumit Atau Kompleks.

2. Dilihat Dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam :

A. Media Sederhana
Media Ini Bahan Dasarnya Mudah Diperoleh Dan Harganya Murah, Cara Pembuatannya
Mudah, Dan Penggunaannya Tidak Sulit.

B. Media Kompleks
Media Ini Adalah  Media Yang Bahan Dan Alat Pembuatannya Sulit Diperoleh Serta Mahal
Harganya,   Sulit   Membuatnya,   Dan   Penggunaannya   Memerlukan   Keterampilan   Yang
Memadai.


C. Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar Mengajar Adalah Suatu Proses Yang Mengolah Sejumlah Nilai Untuk Dikonsumsi Oleh Setiap Anak Didik. Nilai-Nilai Itu Tidak Datang Dengan Sendirinya, Tetapi Terambil Dari Berbagai Sumber. Sumber Belajar Yang Sesungguhnya Banyak Sekali Terdapat Di Mana-Mana; Di Sekolah, Di Halaman, Di Pusat Kota, Di Pedesaan, Dan Sebagainya. Udin Saripuddin Dan Winataputra (199: 65) Mengelompokkan Sumber-Sumber Belajar Menjadi Lima Kategori, Yaitu Manusia, Buku Perpustakaan, Media Massa, Alam Lingkungan, Dan Media Pendidikan. Karena Itu, Sumber Belajar Adalah Segala Sesuatu Yang Dapat Dipergunakan Sebagai Tempat Di Mana Bahan Pengajaran Terdapat Atau Asal Untuk Belajar     Seseorang.
Media Pendidikan Sebagai Salah Satu Sumber Belajar Ikut Membantu Guru Memperkaya Wawasan Anak Didik. Aneka Macam Bentuk Dan Jenis Media Pendidikan Yang Digunakan Oleh Guru Menjadi Sumber Ilmu Pengetahuan Bagi Anak Didik. Dalam Menerangkan Suatu Benda, Guru Dapat Membawa Bendanya Secara Langsung Ke Hadapan Anak Didik Di Kelas. Dengan Menghadirkan Bendanya Seiring Dengan Penjelasan Mengenai Benda Itu, Maka Benda Itu Dijadikan Sebagai Sumber Belajar.
4. Macam Macam Media
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada pembahasan berikut.
1. Dilihat dari Jenisnya, Media Dibagi ke Dalam:
a. Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gam bar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.

c. Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:

1. Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara.
2. Audiovisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video­ cassette.

1. Pembagian lain dari media ini adalah:
a) Audiovisual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti film video-cassette, dan
b) Audiovisual Tidak Murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.

2. Dilihat dari Daya Liputnya, Media Dibagi Dalam:
a) Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
Contoh: radio dan televisi.
b) Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
c) Media untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.

3. Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam:
a. Media Sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b. Media Kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.

Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di atas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media yang mana yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya dipakai.
5. Prinsip-prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
Sebagaimana telah disinggung di depan, bahwa setiap media pengajaran memiliki keampuhan masing-masing, maka diharapkan kepada guru agar menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pada saat suatu kali pertemuan. Hal ini dimaksudkan jangan sampai penggunaan media menjadi penghalang proses belajar mengajar yang akan guru lakukan di kelas. Harapan yang besar tentu saja agar media menjadi alat bantu yang dapat mempercepat/mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.

Ketika suatu media akan dipilih, ketika suatu media akan dipergunakan, ketika itulah beberapa prinsip perlu guru perhatikan dan dipertimbangkan.
Drs. Sudirman N. (1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:
1. Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yangjelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat umum, ataukah untuk sekadar hiburan saja mengisi waktu kosong? Lebih spesifik lagi, apakah untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak TK, SD, SMP, SMU, tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan, ataukah masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai media.
2. Karakteristik Media Pengajaran
Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran. Di samping itu, memberikan "kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.
3. Alternatif Pilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan apa adanya
Nomor 8 Referensi : Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta, Jakarta, Cet.IV. 2010

9. Teknik Teknik Mendapatkan Umpan Balik
a. Memancing Apersepsi Anak Didik
Sebelum saya membahas masalah bagaimana cara memancing apersepsi anak didik, saya akan membahas masalah peranan guru, Peranan guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Surya, 1997: 108). Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, di dalam keluarga, dan di dalam masyarakat.

Disekolah guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran siswa. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai  pengajar dan pendidik , yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru, ia harus menunjukkan perilaku yang layak (bisa dijadikan teladan oleh siswanya). Tuntutan masyarakat khususunya siswa dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi daripada yang dituntut dari orang dewasa lainnya. (Tohirin, 2005: 152).

Pengajar perlu mengetahui sejauh mana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh murid, karena dari sinilah tergantung apakah ia dapat melanjutkan pelajaran atau kuliahnya dengan bahan berikutnya. Bilamana murid belum mengerti bagian-bagian tertentu, pengajar haurs mengulangi lagi penjelasannya. Pada umumnya murid juga tidak tahu sejauh mana bahan yang diterangkan dapat mereka fahami. Hal ini kiranya dapat dimaklumi, karena mereka tidak mempunyai waktu untuk memikirkan pengetahuan yang baru saja mereka peroleh. Maka dari itu pengajar harus sedikit memaksa sehingga murid  dapat mengerti betul-betul bahan yang diterangkan. Bagaimana hal tersebut dapat dilakukan? Ada berbagai cara untuk itu. Cara paling sederhana adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan selama atau pada akhir jam pelajaan. Dengan cara itu pengajar akan menemukan apa saja yang belum tersampaikan secara jelas.

Segala hal yang ternyata belum dimengerti secara jelas oleh pihak murid. Hendaknya dicatat dan  diulangi lagi pada kesempatan berikutnya. Cara lain yang lebih baik dan akan memberi keterangan lebih pasti adalah mengadakan ujian singkat. Serupa dengan yang  disebut kwis, di akhir jam pelajaran. Dengan ujian singkat itu murid dipaksa menuliskan. Sejauh mana bahan yang telah diterangkan dapat mereka mengerti. Sering kali cara demikian tidak mungkin terlaksana, karena memerlukan waktu cukup banyak. Namun kadang kala cara tersebut dapat sangat bermanfaat, karena itu salah satu cara memancing apersepasi anak didik.

Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya dimaksudkan untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu murid atau mahasisiwa juga diberi kesempatan untuk memeriksa diri sampai di mana mereka mengerti bahan tersebut. Sehingga mereka dapat melengkapi pengertian-pengertian yang belum lengkap.

Itulah tadi bentuk-bentuk umpan balik  yang dimaksudkan untuk melihat. Sejauh mana suatu penjelasan dapat tersampaikan secara baik. Dan dari sini kiranya saya telah mengetahui bahwa ada berbagai macam bentuk umpan balik. Pilihan tentu saja paling tergantung pada pengajar yang bersangkutan sendiri. Hal yang paling penting adalah sejauh mana uraian yang diberikan dapat diterima secara jelas oleh murid. Pada umumnya pengajar kurang memikirkan perlunya mengadakan umpan balik seperti itu. Setelah seluruh kursus atau seluruh rangkaian pelajaran selesai diberikan. Terlihat pada waktu ujian bahwa murid belum mengerti secara baik bahan yang diajarkan. Dan itu berarti suatu keterlambatan. Sebaliknya, bilamana pengajar menyadari pentingnya umpan balik. Maka pengajaran yang ia berikan akan menjadi lebih efektif.

b. memanfaatkan teknik alat bantu yang akseptable
Ada beberapa macam alat Bantu yang dapat diterima oleh siswa, agar mereka mudah memahami pelajaran diantaranya adalah:
Audio-Visual
Cara ini menyajikan contoh situasi nyata atau contoh situasi buatan dalam sajian tayangan hidup (film). Tentu saja, cara ini lebih mudah menjadi pengalaman belajar kalau sajian tayangan mengandung unsur cerita yang berkaitan dengan pengalaman dan imajinasi siswa. Pencapaian kompetensi tentang sikap/attitude seperti pada mata pengajaran Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama, akan sangat membantu kalau dikemas dalam suatu cerita tayangan hidup yang menyentuh dimensi emosi dan perasaan. Alat audio visual dapat membantu anak-anak belajar dengan menyajikan dalam bentuk yang kongkrit. Film, film strip, model-model, dan lain memepermudah pengertian tentang konsep dan proses tertentu. Pengalaman belajar berupa eksperimen dalam laboratorium bermanfaat sekali untuk memahami ide atau pengartian yang sulit. (Brooks, J.G. & Brooks, M.G. 1993: 9)
Tak semua murid sanggup belajar dengan cara verbal yang abstrak. Alat audio-visual diperlukan untuk membantu mereka. Akan tetapi tak semua bahan harus disampaikan secara kongkrit. Kebanyakan pelajar dapat dan harus disampaikan secara verbal akan tetapi untuk bagian-bagian tertentu alat audio-visual atau alat intruksional pada umumnya sangat berguna untuk mempermudah dan memepercepat pemahaman bagi murid-murid tertentu.apa yang dikemukakan diatas merupakan usaha uantuk mempertinggi mutu mengajar agar murid-murid dapat memahami apa yang diajarkan tanpa komunikasi yang baik antara guru dan murid proses mengajar-belajar tidak akan berjalan dengan efektif.
Sekalipun terdapat komunikasi yang baik masih dapat diharapkan bahwa selalu terdapat kekurang pahaman. Itu sebabnya perlu adanya evaluasi untuk membantu menemukan kekurangan atau kesalahan murid yang dinginkan sebagai “Feedbeck” atau umpan balik agar dapat membantu tiap anak secara individual untuk mengatasi kesulitan belajar dan memahami dengan mencari jalan-jalan lain yang lebih sesuai bagi mereka, tersedia berbagai lat intruksional membuka jalan bagi guru untuk mencari metode-metode lain untuk membantu murid-muridnya.
Dengan demikian guru maupun murid tak perlu lekas putus asa atau jengkel bila dengan metode tertentu tidak tercapai keberhasilan yang harapkan dan jika tidak berhasil menurut cara tertentu masih banyak bagian-bagian lain yang tersedia, bahkan dapat di cari cara-cara baru. Membantu murid bearti memberikan kesanggupan menolong diri sendirir mengatsasi kesuliatannya sendiri serta kemampuan untuk belajar sendiri. Karena itu guru senantiasa membantu murid untuk mengenal proses belajar, cara belajar atau belajar-belajar yang membawanya kepada penguasaan bahan sampai taraf yang setinggi-tingginya. Dengan demikian perkembangan akan menjadi “self propelling growt” yaitu berkembang atas dorongan dan kemauan sendiri yang kita harapkan akan berlangsung sepanjang hidup. (Nazulia, 1982: 43)
Visualisasi Verbal
Cara ini banyak berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku sumber, ensiklopedia, lembar kegiatan/lembar kerja, carta, grafik, table. Pada beberapa buku biasanya tidak hanya menyajikan uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam ilustrasi (gambar). Dengan demikian, siswa yang memiliki daya abstraksi lemah dapat terbantu dengan keberadaan ilustrasi/gambar tersebut.



Audio Verbal
Guru terbiasa menggunakan cara audio-verbal dalam bentuk ceramah. Pada keadaan ini, siswa senantiasa diam-pasif sambil mendengarkan penjelasan guru. Kekurangan atau kelemahan cara ini adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk menyamakan informasi yang diceramahkan guru dengan pengetahuan awal siswa. Kalau keadaan ini berkelanjutan, peristiwa belajar cenderung tidak berlangsung. Untuk mengatasinya, guru harus mengurangi cara ini, atau kalau terpaksa perlu berceramah cuKATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan Rahmat dan karunia – Nya sehingga penulis dapat merampungkan makalah bertajuk “
Strategi Belajar Mengajar” yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Strategi Pembelajaran”. Adapun maksud dan tujuan pembuatan dari makalah ini, untuk membantu para mahasiswa, khususnya yang sedang belajar Strategi Pembelajaranguna memahami definisi keberhasilan sebuah pembelajaran dalam berbagai indikator, penilaian, tingkat, dan program perbaikan sebuah strategi, serta mengetahui berbagai macam faktor yang memepengaruhi proses belajar mengajar.
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa tidak ada kesempurnaan dalam segala hal, termasuk makalah ini. Atas dasar tersebut penulis sangat menerima kritik dan saran membangun untuk perbaikan makalah ini kedepannya bila diperlukan. Ucapan terimakasih secara khusus penulis haturkan kepada tim penulis, yang telah bekerja sama dalam proses pembuatan makalah ini, dan teman-teman lainnya yang juga memberikan informasi lebih lanjut mengenai strategi belajar mengajar













PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
            Metode adalah cara yang fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Dengan demikian tujuan merupakan faktor utama dalam menetapkan baik tidaknya penggunaan suatu metode.
            Dalam hal metode mengajar, selain faktor tujuan, murid, situasi, fasilitas dan faktor guru turut menentukan efektif tidaknya penggunaan suatu metode. Karenanya metode mengajar itu banyak sekali dan sulit menggolong-golongkannya. Lebih sulit lagi menetapkan metode mana yang memiliki efektifitas paling tinggi. Sebab metode yang “kurang baik” di tangan seorang guru dapat menjadi metode yang “baik sekali” di tangan guru yang lain dan metode yang baik akan gagal di tangan guru yang tidak menguasai teknik pelaksanaannya.
            Namun demikian, ada sifat-sifat umum yang terdapat pada metode yang satu tidak terdapat pada metode yang lain. Dengan mencari ciri-ciri umum itu, menjadi mungkinlah untuk mengenali berbagai macam metode yang lazim dan praktis untuk dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
            Belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks. Mengingat kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka tidak mungkin menunjukan dan menyimpulkan bahwa suatu metode belajar mengajar tertentu lebih unggul dari pada metode belajar mengajar yang lainnya dalam usaha mencapai semua pelajaran, dalam situasi dan kondisi, dan untuk selamanya. Untuk itu berikut ini akan dibahas beberapa metode yang dimungkinkan dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan seperti metode ceramah, metode diskusi, metode kelompok dan metode campuran.













Manfaat Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
  Dalam rangka pengembangan bervariasi megajar yang dilakukan guru atau calon guru.
§     Dapat memilih strategi yang tepart sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
§     Untuk memperluas ckrawala guru atau calon guru dalam proses belajar mengajar.

Diskripsi Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar
Tujuan Pembelajaran

Strategi Perkuliahan
Materi Perkuliahan
1. Konsep Strategi Belajar Mengajar(SBM)
Pengertian SBM
Strategi belajar-mengajar adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Menurut (Gerlach dan Ely)
Strategi belajar mengajar adalah suatu cara seorang guru untuk menyampaikan materi pelajaran dengan kegiatan yang memberikan pengalaman kepada siswa supaya lebih mudah untuk menerima pelajaran yang betujuan merubah peserta didik.
Referensi:
A.                Klasifikasi SBM
Klasifikasi strategi pembelajaran adalah pengelompokan strategi pembelajaran berdasarkan segi-segi yang sejenis yang terdapat dalam setiap strategi pembelajaran.  Strategi dapat diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: strategi pembelajaran langsung (direct instruction), tak langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri, melalui pengalaman (experimental).
Referensi :

§     Strategi Pembelajaran Langsung.
       Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif.
       Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan, sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok. Agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung perlu dikombinasikan dengan strategi pembelajaran yang lain.
§     Strategi Pembelajaran Tak Langsung
       Strategi pembelajaran tak langsung sering disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan penemuan. Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran tak langsung umumnya berpusat pada peserta didik, meskipun dua strategi tersebut dapat saling melengkapi. Peranan guru bergeser dari seorang penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat.
Kelebihan dari strategi ini antara lain:
a. Mendorong ketertarikan dan keingintahuan peserta didik,
b. Menciptakan alternatif dan menyelesaikan masalah,
c. Mendorong kreativitas dan pengembangan keterampilan interpersonal dan kemampuan yang lain,
d. Pemahaman yang lebih baik,
e. Mengekspresikan pemahaman.
Sedangkan kekurangan dari pembelajaran ini adalah memerlukan waktu panjang, outcome sulit diprediksi. Strategi pembelajaran ini juga tidak cocok apabila peserta didik perlu mengingat materi dengan cepat.
Strategi Pembelajaran Interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan sharing di antara peserta didik. Diskusi dan sharing memberi kesempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan, pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan.
Kelebihan strategi ini antara lain:
a. Peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan,
b. Mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang rasional.
Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau kelompok-kelompok dan metode-metode interaktif. Kekurangan dari strategi ini sangat bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok.
Strategi Pembelajaran Empirik (Experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran empirik yang efektif.
Kelebihan dari startegi ini antara lain:
a.Meningkatkan partisipasi peserta didik, 
b.Meningkatkan sifat kritis peserta didik,
c.Meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi yang lain.
Sedangkan kekurangan dari strategi ini adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal, dan memerlukan waktu yang panjang.
Strategi Pembelajaran Mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi pembelajaran yang bertujuan untuk
membangun inisiatif individu, kemandirian, dan peningkatan diri. Fokusnya
adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari kelompok
Implementasi Belajar Mengajar
Salah faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah job discrimination proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. Sehubungan dengan hal ini, job discrimination guru dalam implementasi proses belajar mengajar adalah:
1.Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar
2.Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar mengajar
3.Menggerakkan anak didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar siswa
4.Supervisi dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah didesain sebelumnya
REFERENSI: Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito

2. Hakikat, Ciri dan komponen Belajar Mengajar
A.                Hakekat Belajar Mengajar
Pada hakikatnya, belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar, misalnya perubahan fisik dan lain – lain.
Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan minat belajar dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa jika hakikat belajar adalah perubahan, maka pada hakikanya belajar mengajar adalah proses pengaturan yang dilakukan oleh guru.

B.                                Ciri – ciri Beajar Mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari ciri – ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi adalah sebagai berikut :
§     Belajar mengajar memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak didik dalam suatu perkembangan tertentu.
§     Terdapat suatu prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
§     Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus.
§     Ditandai dengan aktivitas anak didik.
§     Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing.
§     Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan kedisiplinan.
§     Adanya batas waktunya.
§     Adanya evaluasi pada tahap akhir.

Sebagai suatu sistem, kegiatan belajar mengajar mengandung sejumlah komponen sebagai berikut :
§     Tujuan
                    Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran adalah suatu cita –cita yang bernilai normatif. Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Tujuan tersebut mempunyai jenjang dari yang luas dan umum sampai pada yang sempit dan khusus. Semua tujuan itu berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, dan tujuan yang berada di bawah akan menunjang tujuan di atasnya.
§     Bahan Pelajaran
                    Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi anak didik. Bahan yang disebut sebagai sumber belajar ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pengajaran. Dengan demikian, bahan pelajaran merupakan komponen yang tidak bisa diabaikan dalam pengajaran. Karena bahan adalah salah satu inti dalam proses belajar mengajar yang akan disampaikan kepada anak didik.
§     Kegiatan Belajar Mengajar
                    Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan, karena akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Segala sesuatu yang diprogramkan akan dilaksanakan dan akan melibatkan semua komponen pengajaran. Kegiatan belajar mengajar yang baik ditentukan dari baik atau tidaknya program pengajaran yang telah dilakukan pula, karena akan berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai.
§     Metode
                    Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, penggunaan metode bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed., Mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode, yaitu :
Ø    Tujuan yang berbagai – bagai jenis dan fungsinya.
Ø    Anak didik yang berbagai – bagai tingkat kematangannya.
Ø    Situasi yang berbagai – bagai keadaannya.
Ø    Fasilitas yang berbagai – bagai kualitas dan kuantitasnya.
Ø    Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda – beda.
§        Alat
                    Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang berfungsi sebagai perlengkapan, sebagai alat bantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ala dan alat bantu. Alat adalah berupa suruhan, perintah, larangan, dan lain – lain. Sedangkan alat bantu adalah berupa globe, papan tulis, kapur, dan lain – lain.
§     Sumber Pelajaran
                    Dalam mengemukakan sumber – sumber belajar ini, para ahli sepakat bahwa segala sesuatu dapat dipergunakan sebagai sumber belajar sesuai dengan kepentingan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
§     Evaluasi
                    Menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentuka nilai dari sesuatu. Menurut Wayan Nurkancana dan P.P.N Sumartana, evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai sebagai sesuatu dalam dunia pendidikan. Menurut Ny. Drs. Roestiyah N.K, evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas – luasnya, sedalam – dalamnya, yang bersangkutan dengan kapabilitas siswa guna mengetahui sebab akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan belajar siswa.
                    Ketika evaluasi dapat memberikan manfaat bagi guru dan siswa, maka evaluasi mempunyai fungsi sebagai barikut :
Ø        Untuk memberikan umpan balik kepaa guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
Ø     Untuk memberikan angka yang tepat tentang kemajuan atau hasil belajar dari setiap siswa.
Ø     Untuk menentukan situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

3.                     Berbagai Pendekatan Dalam Belajar Mengajar
                    Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana , bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam penagajaran.
Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam pembicaraan ini dengan harapan dapat membantu dalam memecahkan berbagai masalah dalam kegiatan belajar mengajar.
A.                Pendekatan Individual
                    Dalam kegiatan belajar mengajar seurang guru sering melihat peserta didiknya belajar dengan gaya yang berbeda-beda. Perilaku mereka juga bermacam-macam, cara mengemukakan pendapat, cara berpakaian, daya serap, tingkat kecerdasan dan sebagainya, selalu ada variasinya. Masing-masing anak didik memponyai karakteristik tersendiri yang berbeda dari satu anak didik dengan anak didik lainnya.
Perbedaan individual anak didik tersebut memberikan wawasan kepada guru bahwa setrategi pembelajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau masteri learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak akan pernah menjadi kenyataan. Paling tidak dengan pendekatan individualdapat diharapkan kepada anak didik denagan tingkat penguasaan optimal.
                    Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi kepentingan pengajaran. Pengolahan kelas sangat memerlukan pendekatan individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual ini, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajr anak lebih muda dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupunsuatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
B.                 Pendekatan Kelompok
                    Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina  dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk hidup bersama.
                    Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
                    Anak didk dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Yang mempunyai kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang memponyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan. Tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi dikelas dalam rangka untuk mencapai prestasi belajr yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
                    Ketika guru akan menggunakan pendekatan kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangkan bahwa ahl itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dipakai sudah dikuasai, dan bahan yang akn diberiakan kepada anak didik memang cocok didekati dengan pendekatan kelompok. Karena itu, pendekatan kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memnpertimbangkan hah-hal yang ikut mempengaruhi penggunaannya.
                    Dalam pengolahan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan . Perbedaan individual anak didik, pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.
C.                   Pendekatan Bervariasi
                    Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan anak didik yang bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permasalahan yang bervariasi. Setiap masalah yang dihadapi oleh anak ddidik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.
Dalam belajar, anak didik mempunyai motivasi yang berbeda. Pada satu sisi anak didik mempunyai motivasi yang rendah, tetapi pada saat lain anak didik mempunyai motivasi yang tinggi. Anak didik yang satu bergairah belajar, anak didik yang lain kurang bergairah belajar. Sementara sebagian besar anak belajar, satu atau dua orang ank tidak ikut belajar. Mereka duduk dan berbicara (berbincang-bincang) satu sama lain tentang hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran.
                    Dalam mengajar, guru yang hanya menggunakan satu metode biasanya sukar menciptakan suasana kelas yang kondusif dalam waktu yang relatif lama. Bila terjadi perubahan suasana kelas, sulit menormalkannya kembali. Ini sebagai ada tandanya gangguan dalam proses belajar mengajar. Akibatnya, jalannya pelajaran menjadi kurang efektif, efisiensi, dan efektivitas pencapaian tujuan pun jadi terganggu. Disebabkan anak didik kurang mampu berkonsentrasi.metode yang hanya satu-satunya dipergunakan tidak dapat diperankan, karena memang gangguan itu terpangkal dari kelemahan metode tersebut. Karena itu, dalam mengajar kebsnysksn guru menggunakan beberapa metode dan jarang sekali menggunakan satu metode.
                    Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan pendekatan bervariasi pula.Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam. Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga diperlukan variasiteknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan bervariasi inisebagai alat yang dapat guru gunakan untuk kepentingan penagajaran.
D.                Pendekatan Edukatif
                    Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.
                    Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang memberikanpelajaran, misalnya, tidak tepat diberi sanksi hukumdengan cara memukul badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sankst hukum yang salah. Guru telah menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain. Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
                    Cukup banyak sikap dan perbuatan yang harus guru lakukan untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak didik. Salah satu contohnya, misalnya, ketika lonceng tanda masuk kelas telah berbunyi, anak-anak jangan dibiarkan masuk dulu, tetapi suruhlah mereka berbaris di depan pintu masuk dan perintahkanlah ketua kelas untuk mengatur barisan. Semua anak perempuan berbaris dalam kelompok sejenisnya. Contoh diatas menggambarkan pendekatan edukatif yang di lakukan telah oleh guru dengan menyuruh anak didik berbaris di depan pintu masuk kelas. Guru telah meletakkan tujuan untuk mwmbina watak anak didik dengan pendidikan akhlak yang mulia.
                    Kasuistis yang terjadi di sekolah biasanya tidak hanya satu, tetapi bermacam-macam jenis dan tigkat kesukarannya. Hal ini menghendaki pendekatan yang tepat.  Berbagai kasus yang terjadi selain dapat di ndekati dengan pendekatan individual, pendekatan kelompok, dan juga pendekatan kelompok. Namun yang penting untuk di ingat adalah bahwa pendekatan individual harus bedampingan dengan pendekatan edukatif. Pendekatan kelompok harus berdampingan dengan pendekatan edukatif, dan pendekatan bervariasi harus berdampingan dengan pendekatan edukatif. Dengan demikian, semua pendekatan yang dilakukan oleh guru harus bernilai edukatif, denagn tujuan mendidik.
E.                 Pendekatan Pengalaman
                    Experience is the best teacher, pengalaman adalah guru yang baik. Pengalaman adalah guru yang bisu yang tak pernah marah. Pengalaman adalah guru yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga. Meskipun pengalaman diperlukan dan selalu dicari selama hidup, namun tidak semua pengalaman dapat bersifat mendidik (educative experience). Karena ada pengalaman yang tidak bersifat mendidik. Suatu pengalaman dikatakan tidak mendidik, jika guru tidak membawa anak kearah tujuan pendidikan, akan tetapi menyelewengkan dari tujuan itu, misalnya “mendidik anak menjadi pencopet”. Karena itu ciri-ciri pengalaman yang edukatif adalah berpusat pada suatu tujuan yang berarti bagi anak, kontinu dengan kehidupan anak, interaktif dengan lingkungan, dan menambah integrasi anak.        
F.                 Pendekatan Emosional
                    Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri seseoarang. Emosi yang berhungan dengan masalah perasaan. Semua orang mempunyai perasaan baik perasaan jasmaniah maupun rohaniah.
                    Perasaan bagi manusia pada umumnya adalah dapat menyesuaikan diri denagn keadaan alam sekitar. Orang yang emosional adalah orang yang mudah tergugah perasaannya. Misalnya, menonton film adegan sedih, seseorang akan menangis atau sedih.
                    Emosional atau perasaan adalah suatu yang peka. Emosi akan memberi tanggapan (respons) bila ada rangsangan (stimulus) dari luar diri seseorang . baik rangsangan verbal maupun nonverbal. Rangsangan verbal itu misalnya ceramah, cerita, sindiran, pujian, ejekan, berita, peritah dan sebagainya. Sedangkan rangsangan nonverbal dalam bentuk perilaku berupa sikap dan perbuatan.
Emosi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kepribadian seseorang. Itulah sebabnya pendekatan emosinal yang berdasarkan emosi atau perasaan yang dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran. Dengan pendekatan ini diusahakan selalu mengembangkan perasaan keagamaan siswa agar bertambah kuat keyakinannya akan kebesaran Allah SWT dan kebenaran ajaran agamanya.
G.                Pendekatan Rasional
                    Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT yang sempurna. Yang berbeda dengan makhluk lainnya. Perbedaannya pada akal. Manusia mempunyai akal sedangkan mahluk lainnya seperti hewan tidak menpunyai akal.
                    Manusia bisa membedakan mana perbuatan yang baik dan mana yang buruk. Sedangkan makhluk lainnya seperti binatang tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Walaupun keterbatasan akal untuk memikirkan dan memecahkan tetapi bahwa akal itu dapat dicapai ketinggian ilmu pengetahuan.
Akal atau rasio memang mempunyai potensi untuk menaklukan dunia. Sebaiknya akal dijadikan alat untuk membuktikan kebenaran ajaran-ajaran agama.agar keyakinan yang dianut bertambah kokoh, Keampuhan akal rasio dijadikan pendekatan yang disebut pendekatan rasional .
H.                Pendekatan Fungsional
                    Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak disekolah bukan hanya sekedar pengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Anak dapat memanfaatkan ilmunya untuk kehidupan sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya. Anak dapat merasakan manfaat dari ilmu yang didapatnya disekolah.anak mendayagunakan nilai guna dari suatu ilmu untuk kepentingan hidupnya.maka nilai ilmu sudah fungsional didalam diri anak.
                    Pendekatan fungsional yang diterapkan disekolah diharapkan dapat menjambatani harapan tersebut.guna untuk memperlicin kearah yang sama.
                    Dalam hal ini ada beberapa metode mengajar, antar lain adalah metode latihan, pemberian tugas, ceramah, tanya jawab, dan sebagainya
I.                   Pendekatan Keagamaan
                    Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata pelajaran.dalam prateknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau lebih pendekatan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan untuk semua mata pelajaran.khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata pelajaran tersebut.
                    Pendekatan agama dapat membantu guru untuk memperkecil kerdilnya jiwa agama didalam diri siswa, agar nilai-nilai agamanya tidak dicemoohkan dan dilecehkan, tetapi diyakini, dipahami,dihayati dan diamalkan secara hayat siswa dikandung badan.
J.                   Pendekatan Kebermaknaan
                    Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa inggris bahasa asing yang pertama di indonesia yang dianggap penting untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan.kegagalan penguasaan bahasa inggris oleh siswa salah satu sebabnya kurang tepatnya pendekatan yang digunakan oleh guru selain faktor lain seperti faktor sejarah, fasilitas, dan lingkungan serta kompetensi guru itu sendiri. Ada beberapa konsep penting  yang  menyadari pendekatan ini sebagai berikut :
§     Bahasa merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur ( tata bahasa dan kosa kata).
§     makna ditentukan oleh lingkup kebahasaan maupun lingkup situasi yang merupakan konsep dasar dalam pendekatan kebermaknaan pengajaran bahasa yang natura.
§     makna dapat diwujudkan melalui kalimat yang berbeda, baik secara lisan maupun tertulis. Suatu kalimat dapat mempunyai makna yang berbeda tergantung pada situasi saat kalimat digunakan.
§     belajar bahasa asing adalah belajar berkomunikasi melalui bahasa tersebut, sebagai bahasa sasaran, baik secara lisan maupun tertulis. Belajar berkomunikasi ini perlu didukung oleh pembelajaran unsur-unsur bahasa sasaran.
§     motivasi belajar siswa merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya. Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan bahan peljaran dan kegiatan pembelajaran siswa yang bersangkutan.
§     bahan pelajaran dan kegiatan pembeljaran menjadi lebih penting bermakna bagi siswa jika berhubungan dengan kebutuhan siswa yang berkaitan dengan pengalaman, minat, tata nilai, dan masa depannya.
§     dalam proses belajar mengajar siswa merupakan subjek utama, tidak hanya sebagai objek belaka. Karena itu, ciri-ciri dan kebutuhan mereka harus dipertimbangkan dalam segala keputusan yang berkaitan dengan pengajaran.
§     dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa mengembangkan ketrampilan berbahasanya.
REFERENSI : Bahri syaeful dan Zain Aswan. 2006. “Strategi Belajar mengajar”. Jakarta : Rineka Cipta
4.                     Kedudukan Pemilihan & Penentuan di Pengajaran
A.    Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Di dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru tentu mempunyai cara atau metodedalam kegiatan tersebut. Karena tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran.
Adapun kedudukan metode dalam belajar mengajar yaitu:
§     Sebagai alat motivasi ekstrinsik, maksudnya metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seseorang. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
§     Sebagai strategi pengajaranmaksudnya metode berfungsi sebagai strategi pengajaran agar anak didik dapat belajar secara efektif sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Perbedaan daya serap anak didik terhadap pelajaran memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metode adalah salah satu solusinya. Menurut Roestiyah  N.K., guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Dan salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasa disebut metode mengajar.
§     Sebagai alat untuk mencapai tujuan, maksudnya metode merupakan salah satu komponen yang diperlukan untuk mencapai tujuan atau dengan kata lain metode merupakan pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan adalah pedoman yang memberi arah ke mana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak digunakan.     
   
B.     Pemilihan Dan Penentuan Metode 
Metode mengajar yang diterapkan guru dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi kesesuaian dengan perumusan intruksional khusus. Pemakaian metode yang satu digunakan untuk mencapai tujuan yang satu, sementara penggunaan metode yang lain juga digunakan untuk mencapai tujuan yang lain. Begitulah adanya kesesuaian dengan kehendak tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Pemilihan dan penentuan metode dapat dilihat dari beberapa sudut pandang diantaranya:
§     Nilai metode strategi
§     Efektifitas penggunaan metode
§     Pentingnya pemilihan dan penentuan metode

C.                Metode Pembelajaran Kontruktivisme
Metode Pembelajaran Kontruktivisme yaitu, blog Pembelajaran akan share tentang Metode Pembelajaran Konstruktivisme. Bahwa di dalam masing-masing tahap pembelajaran konstruktivisme pada postingan-postingan sebelumnya, tentu saja terdapat berbagai metode. 

D.    Metode Pembelajaran Behaviorisme
            Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
5.Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar adalah variasi cara yang dimiliki seseorang untuk mengakumulasi serta mengasimilasi informasi. Pada dasarnya, gaya belajar Anda adalah metode yang terbaik memungkinkan Anda dalam mengumpulkan dan menggunakan pengetahuan secara spesifik
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah dan dalam situasi-situasi antar pribadi. Ketika kita menyadari bagaimana diri ini dan orang lain menyerap dan mengolah informasi, kita dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah dengan gaya sendiri.
Ada dua kategori utama tentang bagaimana kita belajar yaitu:
1.                  Modalisme adalah bagaimana kita menyerap informasi dengan mudah
2.                  Dominasi otak adalah cara dan bagaimana kita mengatur dan mengolah informasi.
REFERENSI : Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito
B.Jenis-Jenis Gaya Belajar
1. Gaya Belajar Visual (Visual Learners)
Gaya belajar seperti ini menjelaskan bahwa kita harus melihat dulu
buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya.
Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai
gaya belajar visual ini. Pertama, kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran)
secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya;
Ciri-ciri gaya belajar visual :
1. Bicara agak cepat
2. Mementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
3. Tidak mudah terganggu oleh keributan
4. Mengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
5. Lebih suka membaca dari pada dibacakan
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :
1. Gunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
2. Gunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
3. Ajak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4. Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
5. Ajak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar
2. Gaya Belajar Auditorial ( Auditorial Learners )
Gaya belajar auditory learners adalah gaya belajar yang mengandalkan
pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model
belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama
menyerap informasi atau pengetahuan.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :
1. Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas
maupun di dalam keluarga.
2. Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3. Gunakan musik untuk mengajarkan anak.
3. Gaya Belajar Kinestetik ( Tactual Learners )
Dalam gaya belajar ini kita harus menyentuh sesuatu yang memberikan
informasi tertentu agar kita bisa mengingatnya. Ada beberapa karakteristik model
belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Pertama adalah
menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar kita bisa terus
mengingatnya. Kedua, hanya dengan memegang kita bisa menyerap informasinya
tanpa harus membaca penjelasannya.
Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:
1. Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2. Ajak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya
(contohnya: ajak dia baca sambil bersepeda, gunakan obyek
sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
3. Izinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
4. Gunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
5. Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
REFERENSI : Anitah sri. 2007. “ Strategi Pembelajaran ”. Jakarta : Universitas Terbuka
6.sumber belajar da alat pelajaran
a.pengertian gaya belajar
umber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu.
Menurut Yusufhadi Miarso adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun terkombinasikan dapat
memungkinkan terjadinya belajar.
b.macam-macam sumber belajar
1.Menurut Sifat Dasarnya
a.Manusia (Human) Manusia sebagai sumber belajar dibedakan menjadi: yang secara khusus dipersiapkan menjadi sumber belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yaitu para guru atau guru bantu dan ada juga mereka yang tidak dipersiapkan menjadi sumber belajar tapi dapat diberdayakan seperti ahli bank, pengusaha, artis, ulama' para pekerja dan sebagainya.
b.Non Manusia (Non-Human) Yang termasuk sumber belajar non manusia yaitu pesan, teknik, lingkungan, benda-benda material, ruang dan tempat, alat dan perabot, serta kegiatan.
2.Menurut Segi Pengembangannya
a.Direncanakan; Adalah sumber belajar yang dirancang khusus untuk mencapai tujuan pengajaran contoh: peta, globe, peta timbul dan sebagainya.
b.Tidak direncanakan; Adalah sumber belajar yang tidak dirancang secara khusus untuk mencapai tujuan pengajaran dan telah tersedia didalam maupun diluar lingkungan sekolah seperti: museum, masjid, pasar, taman,dan lain-lain.
3.Berdasarkan Pendekatan Teknologi Instruksional
a.Pesan; Adalah informasi/ ajaran yang disampaikan oleh komponen sumber belajar lainnya, meliputi: ide-ide, fakta dan lain-lain. 
b.Orang; Adalah yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Contoh: guru, dosen, tutor, siswa dan lain-lain 
c.Bahan; Adalah perangkat lunak yang dapat dijadikan penyampai pesan yang dapat disajikan kepada siswa melalui penggunaan alat ataupun oleh diri sendiri, contoh: film stripe, radio cassette, buku, dan lain-lain
d.Alat; Adalah perangkat keras yang dipergunakan untuk menyampaikan yang tersimpan didalam bahan. Contoh: OHP, pesawat radio, pesawat televise, LCD, dan lain-lain.
e.Teknik; Adalah prosedur atau panduan serta acuan yang dipersiapkan untuk penggunaan bahan, peralatan, orang serta lingkungan untuk penyampaian pesan. Contoh: cara belajar siswa aktif, keterampilan proses, dan lain-lain.
f.Lingkungan; Adalah segala sesuatu yang berada disekitar siswa atau sekolah baik yang berbentuk fisik maupun non fisik. Contoh: gedung sekolah perpustakaan, penerangan, suasana belajar, dan lain-lain.
Contoh-contoh sumber belajar diklasifikasikan seperti tabel berikut: Tabel jenis sumber belajar
REFERENSI: Nasution. S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara.
7.Keberhasilan belajar mengajar
A.pengertian keberhasilan
Sebelum masuk pada pengertian keberhasilan belajar, maka peneliti terlebih dahulu akan membahas tentang pengertian belajar. Konsep belajar menurut UNESCO, menuntu setiap satuan pendidikan untuk dapat mengembangkan empat pilar pendidikan baik untuk sekarang dan masa depan, yaitu: (1) learning to know (belajar untuk mengetahui), (2)learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu) dalam hal ini peserta didik dituntut untuk terampil dalam melakukan sesuatu, (3) learning to be (belajar untuk menjadi seseorang), dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama).
B.indikator keberhasilan
2 Indikator Keberhasilan
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, diantaranya yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan
2. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
a. kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar,
b. keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf,
c. akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian,
Keberhasilan belajar merupakan prestasi peserta didik yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Untuk mengatahui keberhasilan belajar tersebut terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan petunjuk bahwa proses belajar mengajar tersebut dianggap berhasil atau tidak.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2006: 106) mengemukakan bahwa indikator keberhasilan belajar, diantaranya yaitu:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok, dan
2. perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran/instruksional khusus (TIK) telah dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok.
Lebih lanjut Zaenal Arifin (2009: 298) menyatakan bahwa indikator keberhasilan belajar dapat dilihat dari berbagai jenis perbuatan atau pembentukan tingkah laku peserta didik. Jenis tingkah laku itu di antaranya adalah:
a. kebiasaan, yaitu cara bertindak yang dimiliki peserta didik dan diperoleh melalui belajar,
b. keterampilan, yaitu perbuatan atau tingkah laku yang tampak sebagai akibat kegiatan otot dan digerakkan serta dikoordinasikan oleh sistem saraf,
c. akumulasi persepsi, yaitu berbagai persepsi yang diperoleh peserta didik melalui belajar, seperti pengenalan simbol, angka dan pengertian,
C.Penilaian Keberhasilan
            Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang Iingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut:
1.Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Tes Subsumatif
Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa .Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
3. Tes Sumatif
Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau tarafkeberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
D.tingkat keberhasilan
Tingkat Keberhasilan
Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut:
1.Istimewa/ maksimal: Apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa
2. Baik sekali/ optimal Apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai olehsiswa.
3.Baik/minimal : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa.
4. Kurang Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Dengan melihat data yang terdapat dalam format daya serap siswa dalam pelajaran dan persentase keberhasilan siswa dalam mencapai TIK tersebut, dapatlah diketahui keberhasilan proses belajar mengajar yang telah dilakukan siswa dan guru.

E.Program Perbaikan
            Taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dimanfaatkan untuk berbagai upaya. Salah satunya adalah sehubungan dengan kelangsungan proses belajar mengajar itu sendiri yang antara lain adalah: Apakah proses belajar mengajar berikut pokok bahasan baru, mengulang seluruh pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau mengulang sebagian pokok bahasan yang baru saja diajarkan, atau bagaimana?
Jawaban terhadap pertanyaan terse but hendaknya didasarkan pada taraf atau tingkat keberhasilan proses belajar mengajar yang baru saja dilaksanakan.
1. Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar atau mencapai tarafkeberhasilan minimal, optimal, atau bahkan maksimal, maka proses belajar mengajar berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru.
2. Apabila 75% atau lebih dari jumlah siswa yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial).
Pengukuran tentang taraf atau tingkatan keberhasilan proses belajar mengajar ini temyata berperan penting. Karena itu, pengukurannya harus betul-betul shahih (valid), andal (reliabel), dan lugas (objective). Hal ini mungkin tercapai bila alat ukurannya disusun berdasarkan kaidah, aturan, hukum atau ketentuan penyusunan butir tes.
Pengajaran perbaikan biasanya mengandung kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a.Mengulang pokok bahasan seluruhnya.
b.Mengulang bagian dari pokok bahasan yang hendak dikuasai.
c. Memecahkan masalah atau menyelesaikan soal-soal bersama-sama.
d. Memberikan tugas-tugas khusus.

f.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
            Jika ada guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam mengajar, adalah ungkapan seorang guru yang sudah putus asa dan jauh dari kepribadian seorang guru. Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam mengajar, apalagi jika guru itu hadir ke dalam dunia pendidikan berdasarkan tuntutan hati nurani. Panggilan jiwanya pasti merintih akan kegagalan mendidik dan membina peserta didiknya.
Betapa tingginya nilai suatu keberhasilan, sampai-sampai seorang guru berusaha sekuat tenaga dan pikiran mempersiapkan program pengajarannya denga baik dan sitematik. Namun, terkadang keberhasilan yang dicita-citakan, tetapi kegagalan yang ditemuinya, yang disebabkan oleh berbagai faktor sebagai penghambatnya. Sebaliknya, jika keberhasilan itu menjadi kenyataan, maka berbagai faktor itu yang menjadi pendukungnya.
Secara sederhana faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dari proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya keberhasilan pengajaran.
b. Guru
Setiap guru mempunyai kepribadianmasing-masing sesuai dengan latar belakang kehidupan sebelum mereka menjadi guru. Kepribadian guru diakui sebagai aspek yang tidak bisa dikesampingkan dari kerangka keberhasilan belajar mengajar untuk mengantar peserya didik menjadi orang yang berilmu pengetahuan dan berkpribadian. Dari kepribadian itulah mempengaruhi pola kepemimpinan yang guru perlihatkan ketika melaksanakan tugas mengajar di kelas.
c. Peserta didik
Tanggung jawab guru tidak hanya terhadap seorang anak, tetapi dalam jumlah yang cukup banyak. Anak yang dalam jumlah cukup banyak itu tentu saja dari latar belakang kehidupan sosial keluarga dan masyarakat yang berlainan
d. Kegiatan pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, pendekatan yang guru ambil akan menghasilkan kegiatan anak didik yang bermacam-macam. Guru yang menggunakan pendekatan individu, mislanya berusaha memahami anak didik sebagai makhluk individual dengan segala persamaan dan perbedaannya. Guru yang menggunakan pendekatan kelompok berusaha memahami anak didik sebagai makhluk sosial
e. Bahan dan alat evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan ulangan. Biasanya bahan pelajaran itu sudah dikemas dalam bentuk buku paket untuk dikonsumsi oleh anak didik. Setiap anak didik dan guru wajib mempunyai buku paket tersebut guna kepentingan keberhasilan kegaiatan belajar mengajar di kelas.
f. Suasana evaluasi
Selain faktor tujuan, guru, peserta didik, kegiatan pengajaran, serta bahan dan alat evaluasi, faktor suasana evaluasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar. Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas.

8. Penggunaan Media Sumber Belajar
A. Pengertian Media
Media Komunikasi Adalah Suatu Alat Atau Sarana Yang Digunakan Untuk Menyampaikan Pesan Dari Komunikator Kepada Khalayak..Komunikasi Dalam Bahasa Inggris Communicationberasal Dari Kata Latin Communicatio Dan Berasal Dari Kata Communis Yang Berarti Sama.
Pengertian Media Pembelajaran. Media Pembelajaransecara Umum Adalah Alat Bantu Proses Belajar Mengajar. Segala Sesuatu Yang Dapat Dipergunakan Untuk Merangsang Pikiran, Perasaan, Perhatian Dan Kemampuan Atau Ketrampilan Pebelajar Sehingga Dapat Mendorong Terjadinya Prosesbelajar.
B. Media Sebagai Alat Bantu
Media Sebagai Alat Bantu Dalam Proses Belajar Mengajar Adalah Suatu Kenyataan
Yang   Tidak  Dapat Dipungkiri.   Karena   Memang   Gurulah  Yang Menghendakinya Untuk
Membantu Tugas  Guru  Dalam  Menyampaikan  Pesan-Pesan  Dari  Bahan  Pelajaran  Yang
Diberikan Oleh Guru Kepada Anak Didik. Guru Sadar Bahwa Tanpa Bantuan Media, Maka
Bahan Pelajaran Sukar Untuk Dicerna Dan Dipahami Oleh Setiap Anak Didik, Terutama Bahan
Pelajaran Yang Rumit Atau Kompleks.

2. Dilihat Dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam :

A. Media Sederhana
Media Ini Bahan Dasarnya Mudah Diperoleh Dan Harganya Murah, Cara Pembuatannya
Mudah, Dan Penggunaannya Tidak Sulit.

B. Media Kompleks
Media Ini Adalah  Media Yang Bahan Dan Alat Pembuatannya Sulit Diperoleh Serta Mahal
Harganya,   Sulit   Membuatnya,   Dan   Penggunaannya   Memerlukan   Keterampilan   Yang
Memadai.


C. Media Sebagai Sumber Belajar
Belajar Mengajar Adalah Suatu Proses Yang Mengolah Sejumlah Nilai Untuk Dikonsumsi Oleh Setiap Anak Didik. Nilai-Nilai Itu Tidak Datang Dengan Sendirinya, Tetapi Terambil Dari Berbagai Sumber. Sumber Belajar Yang Sesungguhnya Banyak Sekali Terdapat Di Mana-Mana; Di Sekolah, Di Halaman, Di Pusat Kota, Di Pedesaan, Dan Sebagainya. Udin Saripuddin Dan Winataputra (199: 65) Mengelompokkan Sumber-Sumber Belajar Menjadi Lima Kategori, Yaitu Manusia, Buku Perpustakaan, Media Massa, Alam Lingkungan, Dan Media Pendidikan. Karena Itu, Sumber Belajar Adalah Segala Sesuatu Yang Dapat Dipergunakan Sebagai Tempat Di Mana Bahan Pengajaran Terdapat Atau Asal Untuk Belajar     Seseorang.
Media Pendidikan Sebagai Salah Satu Sumber Belajar Ikut Membantu Guru Memperkaya Wawasan Anak Didik. Aneka Macam Bentuk Dan Jenis Media Pendidikan Yang Digunakan Oleh Guru Menjadi Sumber Ilmu Pengetahuan Bagi Anak Didik. Dalam Menerangkan Suatu Benda, Guru Dapat Membawa Bendanya Secara Langsung Ke Hadapan Anak Didik Di Kelas. Dengan Menghadirkan Bendanya Seiring Dengan Penjelasan Mengenai Benda Itu, Maka Benda Itu Dijadikan Sebagai Sumber Belajar.
4. Macam Macam Media
Media yang telah dikenal dewasa ini tidak hanya terdiri dari dua jenis, tetapi sudah lebih dari itu. Klasifikasinya bisa dilihat dari jenisnya, daya liputnya, dan dari bahan serta cara pembuatannya. Semua ini akan dijelaskan pada pembahasan berikut.
1. Dilihat dari Jenisnya, Media Dibagi ke Dalam:
a. Media Auditif
Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.
b. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gam bar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai) foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.

c. Media Audiovisual
Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini dibagi lagi ke dalam:

1. Audiovisual Diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara (sound slides), film rangkai suara, dan cetak suara.
2. Audiovisual Gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan video­ cassette.

1. Pembagian lain dari media ini adalah:
a) Audiovisual Murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasal dari satu sumber seperti film video-cassette, dan
b) Audiovisual Tidak Murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder. Contoh lainnya adalah film strip suara dan cetak suara.

2. Dilihat dari Daya Liputnya, Media Dibagi Dalam:
a) Media dengan Daya Liput Luas dan Serentak
Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama.
Contoh: radio dan televisi.
b) Media dengan Daya Liput yang Terbatas oleh Ruang dan Tempat
Media ini dalam penggunaannya membutuhkan ruang dan tempat yang khusus seperti film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.
c) Media untuk Pengajaran Individual
Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri. termasuk media ini adalah modul berprogram dan pengajaran melalui komputer.

3. Dilihat dari Bahan Pembuatannya, Media Dibagi Dalam:
a. Media Sederhana
Media ini bahan dasarnya mudah diperoleh dan harganya murah, cara pembuatannya mudah, dan penggunaannya tidak sulit.
b. Media Kompleks
Media ini adalah media yang bahan dan alat pembuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya, dan penggunaannya memerlukan keterampilan yang memadai.

Dari jenis-jenis dan karakteristik media sebagaimana disebutkan di atas, kiranya patut menjadi perhatian dan pertimbangan bagi guru ketika akan memilih dan mempergunakan media dalam pengajaran. Karakteristik media yang mana yang dianggap tepat untuk menunjang pencapaian tujuan pengajaran, itulah media yang seharusnya dipakai.
5. Prinsip-prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media
Sebagaimana telah disinggung di depan, bahwa setiap media pengajaran memiliki keampuhan masing-masing, maka diharapkan kepada guru agar menentukan pilihannya sesuai dengan kebutuhan pada saat suatu kali pertemuan. Hal ini dimaksudkan jangan sampai penggunaan media menjadi penghalang proses belajar mengajar yang akan guru lakukan di kelas. Harapan yang besar tentu saja agar media menjadi alat bantu yang dapat mempercepat/mempermudah pencapaian tujuan pengajaran.

Ketika suatu media akan dipilih, ketika suatu media akan dipergunakan, ketika itulah beberapa prinsip perlu guru perhatikan dan dipertimbangkan.
Drs. Sudirman N. (1991) mengemukakan beberapa prinsip pemilihan media pengajaran yang dibaginya ke dalam tiga kategori, sebagai berikut:
1. Tujuan Pemilihan
Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksud dan tujuan pemilihan yangjelas. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat umum, ataukah untuk sekadar hiburan saja mengisi waktu kosong? Lebih spesifik lagi, apakah untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual, apakah untuk sasaran tertentu seperti anak TK, SD, SMP, SMU, tuna rungu, tuna netra, masyarakat pedesaan, ataukah masyarakat perkotaan. Tujuan pemilihan ini berkaitan dengan kemampuan berbagai media.
2. Karakteristik Media Pengajaran
Setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan pemilihan media pengajaran. Di samping itu, memberikan "kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.
3. Alternatif Pilihan
Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media yang dapat diperbandingkan. Sedangkan apabila media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan apa adanya
Nomor 8 Referensi : Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta, Jakarta, Cet.IV. 2010

9. Teknik Teknik Mendapatkan Umpan Balik
a. Memancing Apersepsi Anak Didik
Sebelum saya membahas masalah bagaimana cara memancing apersepsi anak didik, saya akan membahas masalah peranan guru, Peranan guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru (Surya, 1997: 108). Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, di dalam keluarga, dan di dalam masyarakat.

Disekolah guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran siswa. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai  pengajar dan pendidik , yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru, ia harus menunjukkan perilaku yang layak (bisa dijadikan teladan oleh siswanya). Tuntutan masyarakat khususunya siswa dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi daripada yang dituntut dari orang dewasa lainnya. (Tohirin, 2005: 152).

Pengajar perlu mengetahui sejauh mana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh murid, karena dari sinilah tergantung apakah ia dapat melanjutkan pelajaran atau kuliahnya dengan bahan berikutnya. Bilamana murid belum mengerti bagian-bagian tertentu, pengajar haurs mengulangi lagi penjelasannya. Pada umumnya murid juga tidak tahu sejauh mana bahan yang diterangkan dapat mereka fahami. Hal ini kiranya dapat dimaklumi, karena mereka tidak mempunyai waktu untuk memikirkan pengetahuan yang baru saja mereka peroleh. Maka dari itu pengajar harus sedikit memaksa sehingga murid  dapat mengerti betul-betul bahan yang diterangkan. Bagaimana hal tersebut dapat dilakukan? Ada berbagai cara untuk itu. Cara paling sederhana adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan selama atau pada akhir jam pelajaan. Dengan cara itu pengajar akan menemukan apa saja yang belum tersampaikan secara jelas.

Segala hal yang ternyata belum dimengerti secara jelas oleh pihak murid. Hendaknya dicatat dan  diulangi lagi pada kesempatan berikutnya. Cara lain yang lebih baik dan akan memberi keterangan lebih pasti adalah mengadakan ujian singkat. Serupa dengan yang  disebut kwis, di akhir jam pelajaran. Dengan ujian singkat itu murid dipaksa menuliskan. Sejauh mana bahan yang telah diterangkan dapat mereka mengerti. Sering kali cara demikian tidak mungkin terlaksana, karena memerlukan waktu cukup banyak. Namun kadang kala cara tersebut dapat sangat bermanfaat, karena itu salah satu cara memancing apersepasi anak didik.

Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya dimaksudkan untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu murid atau mahasisiwa juga diberi kesempatan untuk memeriksa diri sampai di mana mereka mengerti bahan tersebut. Sehingga mereka dapat melengkapi pengertian-pengertian yang belum lengkap.

Itulah tadi bentuk-bentuk umpan balik  yang dimaksudkan untuk melihat. Sejauh mana suatu penjelasan dapat tersampaikan secara baik. Dan dari sini kiranya saya telah mengetahui bahwa ada berbagai macam bentuk umpan balik. Pilihan tentu saja paling tergantung pada pengajar yang bersangkutan sendiri. Hal yang paling penting adalah sejauh mana uraian yang diberikan dapat diterima secara jelas oleh murid. Pada umumnya pengajar kurang memikirkan perlunya mengadakan umpan balik seperti itu. Setelah seluruh kursus atau seluruh rangkaian pelajaran selesai diberikan. Terlihat pada waktu ujian bahwa murid belum mengerti secara baik bahan yang diajarkan. Dan itu berarti suatu keterlambatan. Sebaliknya, bilamana pengajar menyadari pentingnya umpan balik. Maka pengajaran yang ia berikan akan menjadi lebih efektif.

b. memanfaatkan teknik alat bantu yang akseptable
Ada beberapa macam alat Bantu yang dapat diterima oleh siswa, agar mereka mudah memahami pelajaran diantaranya adalah:
Audio-Visual
Cara ini menyajikan contoh situasi nyata atau contoh situasi buatan dalam sajian tayangan hidup (film). Tentu saja, cara ini lebih mudah menjadi pengalaman belajar kalau sajian tayangan mengandung unsur cerita yang berkaitan dengan pengalaman dan imajinasi siswa. Pencapaian kompetensi tentang sikap/attitude seperti pada mata pengajaran Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama, akan sangat membantu kalau dikemas dalam suatu cerita tayangan hidup yang menyentuh dimensi emosi dan perasaan. Alat audio visual dapat membantu anak-anak belajar dengan menyajikan dalam bentuk yang kongkrit. Film, film strip, model-model, dan lain memepermudah pengertian tentang konsep dan proses tertentu. Pengalaman belajar berupa eksperimen dalam laboratorium bermanfaat sekali untuk memahami ide atau pengartian yang sulit. (Brooks, J.G. & Brooks, M.G. 1993: 9)
Tak semua murid sanggup belajar dengan cara verbal yang abstrak. Alat audio-visual diperlukan untuk membantu mereka. Akan tetapi tak semua bahan harus disampaikan secara kongkrit. Kebanyakan pelajar dapat dan harus disampaikan secara verbal akan tetapi untuk bagian-bagian tertentu alat audio-visual atau alat intruksional pada umumnya sangat berguna untuk mempermudah dan memepercepat pemahaman bagi murid-murid tertentu.apa yang dikemukakan diatas merupakan usaha uantuk mempertinggi mutu mengajar agar murid-murid dapat memahami apa yang diajarkan tanpa komunikasi yang baik antara guru dan murid proses mengajar-belajar tidak akan berjalan dengan efektif.
Sekalipun terdapat komunikasi yang baik masih dapat diharapkan bahwa selalu terdapat kekurang pahaman. Itu sebabnya perlu adanya evaluasi untuk membantu menemukan kekurangan atau kesalahan murid yang dinginkan sebagai “Feedbeck” atau umpan balik agar dapat membantu tiap anak secara individual untuk mengatasi kesulitan belajar dan memahami dengan mencari jalan-jalan lain yang lebih sesuai bagi mereka, tersedia berbagai lat intruksional membuka jalan bagi guru untuk mencari metode-metode lain untuk membantu murid-muridnya.
Dengan demikian guru maupun murid tak perlu lekas putus asa atau jengkel bila dengan metode tertentu tidak tercapai keberhasilan yang harapkan dan jika tidak berhasil menurut cara tertentu masih banyak bagian-bagian lain yang tersedia, bahkan dapat di cari cara-cara baru. Membantu murid bearti memberikan kesanggupan menolong diri sendirir mengatsasi kesuliatannya sendiri serta kemampuan untuk belajar sendiri. Karena itu guru senantiasa membantu murid untuk mengenal proses belajar, cara belajar atau belajar-belajar yang membawanya kepada penguasaan bahan sampai taraf yang setinggi-tingginya. Dengan demikian perkembangan akan menjadi “self propelling growt” yaitu berkembang atas dorongan dan kemauan sendiri yang kita harapkan akan berlangsung sepanjang hidup. (Nazulia, 1982: 43)
Visualisasi Verbal
Cara ini banyak berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku sumber, ensiklopedia, lembar kegiatan/lembar kerja, carta, grafik, table. Pada beberapa buku biasanya tidak hanya menyajikan uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam ilustrasi (gambar). Dengan demikian, siswa yang memiliki daya abstraksi lemah dapat terbantu dengan keberadaan ilustrasi/gambar tersebut.



Audio Verbal
Guru terbiasa menggunakan cara audio-verbal dalam bentuk ceramah. Pada keadaan ini, siswa senantiasa diam-pasif sambil mendengarkan penjelasan guru. Kekurangan atau kelemahan cara ini adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk menyamakan informasi yang diceramahkan guru dengan pengetahuan awal siswa. Kalau keadaan ini berkelanjutan, peristiwa belajar cenderung tidak berlangsung. Untuk mengatasinya, guru harus mengurangi cara ini, atau kalau terpaksa perlu berceramah cukup antara 20 – 25 menit saja dan diselingi dengan kegiatan yang mendorong Lihat – Raba – Bau – Rasa. Materi yang diceramahkan pun perlu kontekstual dengan pengalaman sebagian besar siswa. ( Harlen, W. 1987: 12)
Buku pelajaran, tak semua sama baiknya, hendaknya ada beberapa buku yang harus dimiliki dalam satu pelajaran karena dalam buku yang satu mungkin lebih jelas dan mudah dipahami dalam buku yang lain. Buku kerja, di samping buku pelajaran ada buku kerja untuk membantu murid mengenang dan mengelolah buah pikiran pokok dari buku pelajaran. Media cetak, seperti buku, modul dan lain-lain. (Nazulia, 1982: 45)

Referensi
Ditulis oleh Husein syauqi azmi pada tanggal Monday, 5 March 2012
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta : Quantum Teaching, 2005, h. 56
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito



 kup antara 20 – 25 menit saja dan diselingi dengan kegiatan yang mendorong Lihat – Raba – Bau – Rasa. Materi yang diceramahkan pun perlu kontekstual dengan pengalaman sebagian besar siswa. ( Harlen, W. 1987: 12)
Buku pelajaran, tak semua sama baiknya, hendaknya ada beberapa buku yang harus dimiliki dalam satu pelajaran karena dalam buku yang satu mungkin lebih jelas dan mudah dipahami dalam buku yang lain. Buku kerja, di samping buku pelajaran ada buku kerja untuk membantu murid mengenang dan mengelolah buah pikiran pokok dari buku pelajaran. Media cetak, seperti buku, modul dan lain-lain. (Nazulia, 1982: 45)

Referensi
Ditulis oleh Husein syauqi azmi pada tanggal Monday, 5 March 2012
Uno, B. Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta : Quantum Teaching, 2005, h. 56
Hamalik, Oemar. 1990. Metode Belajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERATURAN DAN PENGENALAN SARANA PRASARANA OLAHRAGA HOCKEY

PERATURAN DAN PENGENALAN SARANA PRASARANA HOCKEY A. Peraturan Permainan Hockey Olahraga Hoki adalah permainan yang dipertandingkan oleh 2 (dua) regu, yang terdiri atas 11 orang dari masing-masing regu. Peraturan Umum dari permainan Hoki adalah sebagai berikut : Seorang pemain dilarang untuk : v   Mengangkat stick di atas pundaknya bilamana dapat membahayakan. v   Melakukan permainan yang dapat membahayakan. v   Memukul bola ke udara. v   Menendang atau menahan bola dengan kaki (kecuali penjaga gawang sesuai peraturan). v   Memukul, menggigit atau menahan stick lawan v   Menghalangi lawan dengan badan atau stick, mendorong, menahan atau menjatuhkan serta menyandung lawannya. Seorang pemain diperbolehkan untuk : ü   Menahan bola dengan tangan (sesuai peraturan yang berlaku), sepanjang bola tersebut jatuh dengan segera, jadi bukan menangkap bola melainkan menahan bola dengan telapan tangan yang terbuka. ü   Di dalam D (Striking circle) hanya penjaga gawang di